BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pada kulit yang selalu mendapat perhatian bagi kalangan remaja dan dewasa muda yaitu

Autor Glenna Susanto

132 downloads 366 Views 81KB Size

Data uploaded manual by user so if you have question learn more, including how to report content that you think infringes your intellectual property rights, here.

Report DMCA / Copyright

Transcript

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pada kulit yang selalu mendapat perhatian bagi kalangan remaja dan dewasa muda yaitu jerawat. Jerawat hanya terjadi pada folikel pilobasea kepala dan tubuh bagian atas. Hal ini disebabkan oleh kelenjar sebase yang sangat aktif pada bagian tersebut (Tranggono and Latifah, 2007). Penyebab jerawat bersifat multifaktorial dan salah satu penyebabnya yaitu bakteri (Mertaniasih et al., 1996). Dua spesies bakteri paling utama penyebab bakteri yaitu Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes (Sukatta et al., 2008). Kondisi tersebut mendorong peneliti untuk melakukan pengembangan penelitian antibakteri dari tanaman yang berasal dari Indonesia, salah satu tanaman tersebut ialah kayu manis (Cinnamomum burmannii). Kayu manis (Cinnamomum burmannii) diketahui memiliki aktivitas antibakteri serta efektivitas yang sangat besar (Daud et al., 2013). Kayu manis mengandung senyawa minyak atsiri yang bertanggung jawab memberikan aktivitas antibakteri. Senyawa yang dimaksud yaitu sinamaldehid dan eugenol, kedua senyawa tersebut merupakan kandungan paling utama dari minyak atsiri kayu manis yang berpotensi sebagai antibakteri (Inna et al., 2010). Minyak atsiri kayu manis diperoleh dengan metode destilasi uap air (Robbers et al., 1996). Minyak atsiri mudah sekali menguap sehingga, kurang efektif apabila diaplikasikan secara langsung pada kulit. Alasan tersebut mendorong peneliti untuk membuat minyak atsiri kayu manis dalam bentuk formulasi sediaan gelcream. Formulasi sediaan gel-cream dipilih karena penggunanaannya yang praktis. Sediaan gel-cream memiliki tekstur lebih halus, daya sebar yang baik, dan feel yang baik dibandingkan dengan sediaan krim saja atau gel transparan saja. Sediaan tersebut memiliki permeasi obat yang cepat dan termodinamika yang stabil. Formula gel-cream herbal yang mengandung kombinasi minyak atsiri, nourishing oils dan gelling agent memiliki kontribusi yang efektif pada formulasi 1

2

anti-jerawat (Srivastava and Shah, 2015). Permasalahan yang timbul dalam pembuatan formulasi yaitu sediaan gel-cream merupakan sediaan emulsi, yang terdiri dari fase air dan fase minyak yang dapat distabilkan dengan emulgator yang tepat. Penambahan konstrasi minyak pada sediaan dapat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan. Penambahan stearyl alcohol sebagai emulsifier dapat meningkatkan viskositas emulsi sehingga stabilitas sediaan juga meningkat. Stearyl acohol juga memiliki emolien dan pengemulsi lemah yang dapat meningkatkan penyelenggaraan kapasitas air pada salep. Stearyl alcohol tidak hanya dapat meningkatkan kestabilan sediaan, namun juga dapat meningkatkan penetrasi transdermal (Rowe et al., 2009). Penambahan CMC-Na sebagai coemulsifier dapat meningkatkan viskositas (Rowe et al., 2009). Berdasarkan pada uraian latar belakang, perlu dilakukan penelitian dalam memformulasi sediaan gel-cream minyak atsiri kayu manis (Cinnamomum burmannii) dengan perbedaan konsentrasi 0,7% : 0,3% (F1), 0,6%:0,4% (F2), 0,5% : 0,5% (F3), 0,4% : 0,6% (F4), dan 0,3% : 0,7% (F5) pada stearyl alcohol (emulsifier)

dan

CMC-Na

(co-emulsifier)

sebagai

penstabil.

Perbedaan

konsentrasi pada penstabil sediaan gel-cream tersebut bertujuan untuk membandingkan sifat fisik dan uji stabilitas fisik serta uji aktivitas antibakteri pada sediaan gel-cream minyak atsiri kayu manis.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang didapatkan suatu rumusan masalah: 1. Apakah kombinasi berbagai variasi konsentrasi stearyl alcohol (emulsifier) dan CMC-Na (co-emulsifier) sebagai emulgator berpengaruh pada kualitas fisik dan stabilitas sediaan gel-cream minyak atsiri kayu manis? 2. Apakah kombinasi berbagai variasi konsentrasi stearyl alcohol (emulsifier) dan CMC-Na

(co-emulsifier)

sebagai

emulgator

pertumbuhan Staphylococcus epidermidis?

2

berpengaruh

terhadap

3

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada rumusan masalah didapatkan suatu tujuan penelitian: 1. Mengetahui pengaruh kombinasi berbagai variasi konsentrasi stearyl alcohol (emulsifier) dan CMC-Na (co-emulsifier) sebagai emulgator pada stabilitas fisik sediaan gel-cream minyak atsiri kayu manis. 2. Mengetahui pengaruh kombinasi berbagai variasi konsentrasi stearyl alcohol (emulsifier) dan CMC-Na (co-emulsifier) sebagai emulgator pada sediaan gelcream minyak atsiri kayu manis terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.

D. Tinjauan Pustaka 1. Minyak atsiri Minyak atsiri kayu manis merupakan komponen aktif dari obat (Daud et al., 2013). Senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri kayu manis antara lain kamfer, safrol, sinamil aldehid, sinamil asetat, terpen, sineol, sitral, sitronela, polifenol, dan benzaldehid. Sinamaldehid dan eugenol merupakan komponen terbesar pada minyak atsiri kayu manis, karena kandungan sinamaldehid sebesar 55 - 65% dan eugenol sebesar 4 - 8%. Kedua kandungan utama ini memiliki potensi sebagai antibakteri (Inna et al., 2010). Berdasarkan SNI 06-3734-2006 syarat mutu meliputi persyaratan bobot jenis 20°C/20°C (1,008-1,030), putaran optik (-5°) s/d (0°), dan indeks bias pada nD20 (1,559-1,595). Kelarutan dalam alkohol 70% dan kadar sinamaldehid minimum 55, alat yang digunakan untuk menentukan indeks bias yaitu Refraktometer Abbe’(Badan Standarisasi Nasional, 2006). Indeks bias suatu zat merupakan perbandingan kecepatan cahaya dalam hampa udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Guna dari indeks bias yaitu untuk mengidentifikasi zat dan mendeteksi ketidak murnian. Kalibrasi alat terhadap baku yang disediakan serta pemerikasaan terhadap pengendalian suhu dan kebersihan alat dengan menetapkan indeks bias air perlu dilakukan untuk mencapai ketelitian teoritis ± 0,0001 (Dwijayanti, 2011).

3

4

2. Sediaan gel-cream Gel-cream terdiri dari fase minyak dan fase air bersamaan dengan bahan stabilizing, thickening, dan/atau emulsifying agent. Gel-cream memiliki tekstur halus, daya sebar, rasa, dan penyedia nutrisi yang baik dengan mositurization. Sediaan tersebut memiliki permeasi obat yang cepat dan juga termodinamika stabil (Srivastava and Shah, 2015). Stearyl alcohol digunakan sebagai emulsifier pada emulsi minyak dalam air dan berfungsi sebagai stiffening agent pada sediaan. CMC-Na digunakan sebagai co-emulsifier pada emulsi, selain berfungsi sebagai co-emulsifier CMC-Na juga berfungsi sebagai emulsion stabilizer dan viscosity – increasing agent (Rowe et al., 2009).

3. Staphylococcus epidermidis Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang terdapat pada selaput lendir manusia sebagai flora normal. Bakteri tersebut merupakan suatu Gram positif yang bersifat anaerob fakultatif, berbentuk bulat, dan tersusun dalam rangkaian yang tidak beraturan. Bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi kulit ringan dengan abses (Syahrurachman, 1994). Timbulnya jerawat diduga dipengaruhi oleh adanya bakteri tersebut. Staphylococcus epidermidis berperan dalam pelepasan hasil hidrolisisnya berupa asam oleat (Saising et al., 2008).

4. Uji aktivitas antibakteri Pada penelitian sebelumnya, krim minyak atsiri kayu manis dengan konsentrasi 1% menghasilkan zona hambat sebesar 19 mm (Magetsari, 2013). Didapatkan pula KHM dengan rentang 0,5 - 1% dan KBM dengan rentang 1 - 2% (Nuryastuti et al., 2009).

E. Landasan Teori Berdasarkan penelitian sebelumnya, formulasi sediaan krim rapelan Citronella Essential Oil (CEO) dibuat dengan perbedaan konsentrasi stearyl alcohol. Konsentrasi stearyl alcohol yang digunakan yaitu 0%, 1% dan 2%. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan penurunan pada konsistensi sifat fisik krim

4

5

terutama pada uji kelembutan dan daya lekat (Yadav et al., 2014). Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi emulsifier berpengaruh terhadap sifat fisik dan kestabilan formulasi. Penambahan CMC-Na dengan konsentrasi 0,25%, 0,50%, 0,75% dan 1% pada penelitian formulasi lotion rapelan dengan minyak atsiri akar wangi menunjukkan perbedaan yang bermakna pada sifat fisik dan stabilitas formulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi CMC-Na yang semakin tinggi menyebabkan penurunan daya sebar dan peningkatan viskositas serta daya lekat lotion (Nugraha, 2012). Hal tersebut menunjukkan bahwa CMC-Na berpengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas formulasi. Berdasarkan penelitian pengaruh salep terhadap formulasi sediaan salep ekstrak daun kemangi menyatakan bahwa, stearyl alcohol (basis salep absorbsi dan basis salep tercuci dengan air) berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri spesies Staphylococcus yang kurang bermakna, sehingga stearyl alchol dapat dikatakan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri (Naibaho et al., 2013). Berdasarkan penelitian formulasi sediaan gel handsanitizer ekstrak kulit buah rambutan dengan CMC-Na 5% menunjukkan jumlah pertumbuhan bakteri spesies Staphylococcus berkurang sehingga, CMC-Na dapat dinyatakan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri (Selvia et al., 2015).

F. Hipotesis Berdasarkan uraian tersebut, maka didapatkan hipotesis sebagai berikut: 1. Kombinasi konsentrasi stearyl alcohol (emulsifier) yang lebih tinggi dari konsentrasi

CMC-Na

(co-emulsifier) dalam

sediaan

gel-cream dapat

meningkatkan viskositas sediaan sehingga daya sebar menjadi kecil dan daya lekat semakin lama yang dapat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan begitu juga sebaliknya. 2. Kombinasi konsentrasi stearyl alcohol (emulsifier) dengan CMC-Na (coemulsifier) dalam sediaan gel-cream dapat menurunkan zona hambat aktivitas antibakteri.

5

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.