Nurul1234567890
Suatu ketika ada sebuah negara yang terkena banjir besar sehingga menimbulkan perhatian negara lain. Salah seorang pejabat dari Negara yang terkena banjir itu tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk tenar, sehingga ia datang ke lokasi bencana. Dan tak tanggung-tanggung, ia menceburkan diri ke air, yang meskipun kala itu hanya setinggi betis. Aksi itu pun mendapat sorotan publik. "Wah, apa Bapak tidak jijik dengan air kali?" tanya sang wartawan laki-laki ketika pejabat itu menenteng bingkisan. "Sudah tugas pemerintah untuk mengayomi rakyat," jawabnya penuh kebanggaan. "Dari manakan dana untuk membeli bingkisan ini, Pak?" tanya sang wartawan perempuan ketika sang pejabat sampai di tempat pengungsian. "Tentu saja dengan dana saya sendiri," sahutnya bangga. "Wah, ternyata aksi bapak ini hanya plagiatisme dari aksi yang dilakukan orang di samping bapak," sahut wartawan laki-laki yang disambut tatapan bingung Kemudian sang pejabat itu menoleh mendapati seluruh temannya berada di situ sedang menyalami para korban. Bingkisan mewah tertumpuk di mana-mana. Sekilas ia melihat satu korban yang belum mendapat bingkisan sehingga ia menghampirinya. "Hei, ini saya bawakan bingkisan," katanya. "Saya tidak memerlukan bingkisanmu!" hardik orang tua itu. "Lalu apa yang anda inginkan?" "Aku ingin kau membersihkan kota kami, pejabat. Percuma setiap banjir para pejabat ke sini. Tapi jika akar masalahnya tidak tertanggulangi. Sampah! itu masalahnya!" kata anak dari orang tua itu. Tapi sang pejabat mengacuhkannya. ia hanya memberikan bingkisan kepada mereka lalu pergi untuk menuju tempat pengungsian lain. Di tengah di perjalanan, hujan turun sehingga airnya naik menjadi se paha. Sang pejabat segera buru-buru, karena takut airnya makin tinggi. Sialnya, ia terperosok ke sekolan dan terhanyut. "Tolong!!!" teriaknya. Beruntung ada seorang regu penyelamat yang lewat. Sehingga ia tertolong dan dibawa ke tempat kesehatan medis. Sampai disana ia dibaringkan. Namun alangkah kagetnya ketika ia melihat tulisan di dinding yang berbunyi, "Ya Allah buatlah sunyai menyeret orang yang tak ikhlas." Seketika sang pejabat pun pingsan.
"Wah, apa Bapak tidak jijik dengan air kali?" tanya sang wartawan laki-laki ketika pejabat itu menenteng bingkisan.
"Sudah tugas pemerintah untuk mengayomi rakyat," jawabnya penuh kebanggaan.
"Dari manakan dana untuk membeli bingkisan ini, Pak?" tanya sang wartawan perempuan ketika sang pejabat sampai di tempat pengungsian.
"Tentu saja dengan dana saya sendiri," sahutnya bangga.
"Wah, ternyata aksi bapak ini hanya plagiatisme dari aksi yang dilakukan orang di samping bapak," sahut wartawan laki-laki yang disambut tatapan bingung
Kemudian sang pejabat itu menoleh mendapati seluruh temannya berada di situ sedang menyalami para korban. Bingkisan mewah tertumpuk di mana-mana. Sekilas ia melihat satu korban yang belum mendapat bingkisan sehingga ia menghampirinya.
"Hei, ini saya bawakan bingkisan," katanya.
"Saya tidak memerlukan bingkisanmu!" hardik orang tua itu.
"Lalu apa yang anda inginkan?"
"Aku ingin kau membersihkan kota kami, pejabat. Percuma setiap banjir para pejabat ke sini. Tapi jika akar masalahnya tidak tertanggulangi. Sampah! itu masalahnya!" kata anak dari orang tua itu.
Tapi sang pejabat mengacuhkannya. ia hanya memberikan bingkisan kepada mereka lalu pergi untuk menuju tempat pengungsian lain.
Di tengah di perjalanan, hujan turun sehingga airnya naik menjadi se paha. Sang pejabat segera buru-buru, karena takut airnya makin tinggi. Sialnya, ia terperosok ke sekolan dan terhanyut.
"Tolong!!!" teriaknya. Beruntung ada seorang regu penyelamat yang lewat. Sehingga ia tertolong dan dibawa ke tempat kesehatan medis.
Sampai disana ia dibaringkan. Namun alangkah kagetnya ketika ia melihat tulisan di dinding yang berbunyi, "Ya Allah buatlah sunyai menyeret orang yang tak ikhlas." Seketika sang pejabat pun pingsan.