October 2023 1 8 Report
Datuk Hitam dan Kampung Seberang

Kampung Seberang terletak di pinggir laut yang berair bening. Pasir putih terhampar di sepanjang pantai. Pohon-pohon nyiur melambai-lambai ditiup angin. Sampan- sampan nelayan bersandar sebelum dan setelah menangkap ikan di laut.

Penduduk Kampung Seberang hidup sederhana. Rumah mereka memiliki tiang yang cukup tinggi agar air laut yang pasang tidak masuk ke rumah mereka. Tiang-tiang rumah itu terbuat dari kayu-kayu yang kokoh. Lantainya terdiri atas kayu dan bambu yang dibelah dua. Dindingnya dibuat dari bambu

kampung sebelah yang dianyam. Dari sela-sela anyaman bambu itu angin kerap masuk sehingga rumah terasa sejuk. Sementara itu, atap rumahnya terbuat dari daun rumbia yang disusun dan diikat dengan rotan yang mereka cari di hutan.
Penduduk Kampung Seberang bekerja sebagai nelayan. Perempuan-perempuan Kampung Seberang terbiasa mencari ikan dan udang di sela-sela karang di tepi pantai. Mereka menggunakan bubu. Mereka juga sering memunguti kerang-kerang yang menempel pada karang. Sementara itu, laki-laki Kampung Seberang pergi melaut menggunakan sampan layar kecil. Mereka membawa pancing dan jaring sebagai alat penangkap ikan. Mereka pergi pada sore hari dan kembali pada pagi harinya. Akan tetapi, kadang- kadang sampai berhari-hari mereka tidak pulang ke rumah. Hal itu mereka lakukan supaya mendapatkan tangkapan ikan yang banyak. Walaupun sangat sederhana dan bersahaja, penduduk Kampung Seberang hidup aman dan sejahtera.

Hal itu berkat kepemimpinan Datuk Hitam, Penghulu Kampung Seberang. Datuk Hitam adalah orang yang gagah. Badannya tinggi tegap. Rambutnya ikal. Hidungnya mancung. Sorot matanya tajam berwibawa, tetapi juga membawa keteduhan bagi orang yang memandangnya.

Datuk Hitam mempunyai seorang istri dan dua orang anak. Anak sulungnya perempuan berusia enam tahun dan anak bungsunya, seorang laki-laki, baru berusia satu tahun. Anak perempuannya yang bernama Intan Kemilau berwajah sangat cantik. Anak laki- lakinya berwajah tampan. Pipinya kemerahan sehingga membuat orang menjadi gemas. Suami-istri itu memberinya nama Awang Perkasa.

Sejak kecil Datuk Hitam dan istrinya mengajari kedua anak mereka untuk menjadi orang yang baik, sopan, dan suka membantu orang lain.

"Kalau kita baik kepada orang lain, mereka pun akan berlaku baik kepada kita. Kalau kita menghormati orang lain, mereka pun akan menghormati kita. Walaupun Ananda anak seorang pemimpin, seorang datuk, Ananda tidak boleh sombong," nasiha Datuk Hitam kepada kedua anaknya yang mendengarkan dengan tekun. Ketika itu mereka sedang duduk-duduk di pelantar depar rumah mereka yang menghadap ke pantai
Betul, Ananda. Dimanapun Ananda berada, selalulah bersedia membantu orang lain. Jangan membuat orang lain menjadi susah atau menderita," tambah ibu Intan Kemilau dan Awang Perkasa dengan penuh kasih sayang.

Datuk Hitam dan istrinya tidak hanya mengajari anak-anak mereka dengan kata-kata belaka. Mereka juga memperlihatkan sikap yang baik dan dapat diteladani oleh kedua anaknya itu. Dengan demikian, Intan Kemilau dan Awang Perkasa terbiasa melihat sifat dan perilaku baik dari kedua orang tuanya. Mereka pun tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan disenangi oleh penduduk Kampung Seberang.

Sebagai penghulu, Datuk Hitam bertindak sangat adil dan bijaksana. Dia selalu memikirkan kepentingan rakyatnya. Hal itu pulalah yang membuatnya dihormati dan disukai penduduk Kampung Seberang. Selain itu, penduduk Kampung Seberang juga sangat bangga mempunyai penghulu seperti Datuk Hitam yang sangat sakti. Dia memiliki sebuah keris yang bernama keris Naga Lambaian Bumi. Gagang keris ini memang berbentuk kepala naga dengan mata keris yang berkelok-kelok. Keris yang sangat tajam dan sakti ini selalu berada di pinggang Datuk Hitam dan selalu dibawanya ke mana pun dia pergi.

Kemampuan silat Datuk Hitam sangat tinggi. Hal itu membuat dia tidak hanya dikenal di Kampung Seberang, tetapi juga sampai ke negeri lain. Kemampuan Datuk Hitam ini telah didengar pula oleh raja. Oleh karena itu, raja sering memintanya untuk membantu pasukan raja menumpas bajak laut yang banyak terdapat di Laut Cina Selatan. Mereka kerap mengganggu para pelaut dan pedagang yang melintas di sana. Selain merompak barang-barang yang dibawa, para bajak laut ini sering pula membunuh pelaut dan pedagang itu. Hal itu tentu saja membuat pelaut dan pedagang merasa tidak aman melintasi Laut Cina Selatan. Mereka berusaha melewati jalan lain sehingga pelabuhan kerajaan menjadi sepi.

Setelah menyimak kembali hikayat "Datuk Hitam dan Kampung Seberang", setujukah kalian jika unsur kemustahilan dalam hikayat tersebut kurang begitu menonjol sehingga hikayat tersebut kurang berhasil dalam unsur ini? Jelaskan!​

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.