Dari Abu Mas’ûd ‘Uqbah bin ‘Amr al-Anshârî al-Badri radhiyallâhu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.’”
Hadis di atas mengandung ajaran tentang rasa malu dan etika dalam Islam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan bahwa salah satu hal yang telah dikenal oleh manusia dari kalimat kenabian sebelumnya adalah prinsip:
"Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu."
Pemahaman dari hadis ini mencakup beberapa nilai dan ajaran:
1. Rasa Malu (Haya): Hadis menekankan pentingnya rasa malu dalam berperilaku. Rasa malu menjadi penanda moralitas dan etika yang tinggi dalam kehidupan seorang Muslim.
2. Batas-batas Perilaku: Meskipun diizinkan untuk melakukan sesuatu yang diinginkan, hadis ini menunjukkan bahwa kebebasan tersebut harus diiringi oleh rasa malu. Ada batasan-batasan etika yang harus dijaga bahkan dalam tindakan-tindakan yang diizinkan.
3. Keseimbangan antara Kebebasan dan Etika: Hadis ini mengajarkan tentang keseimbangan antara kebebasan individu untuk bertindak dan kewajiban untuk menjaga etika serta nilai-nilai moral dalam masyarakat.
4. Kewaspadaan terhadap Keinginan Negatif: Pesan dalam hadis ini dapat diartikan sebagai peringatan agar seseorang tidak menyalahgunakan kebebasan dengan melampaui batas moral dan etika.
5. Pentingnya Kesadaran Diri: Hadis ini mengajak untuk selalu memiliki kesadaran diri (self-awareness) terhadap tindakan yang dilakukan dan tidak mengabaikan norma-norma moral yang berlaku.
Jawaban:
Hadis di atas mengandung ajaran tentang rasa malu dan etika dalam Islam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan bahwa salah satu hal yang telah dikenal oleh manusia dari kalimat kenabian sebelumnya adalah prinsip:
"Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu."
Pemahaman dari hadis ini mencakup beberapa nilai dan ajaran:
1. Rasa Malu (Haya): Hadis menekankan pentingnya rasa malu dalam berperilaku. Rasa malu menjadi penanda moralitas dan etika yang tinggi dalam kehidupan seorang Muslim.
2. Batas-batas Perilaku: Meskipun diizinkan untuk melakukan sesuatu yang diinginkan, hadis ini menunjukkan bahwa kebebasan tersebut harus diiringi oleh rasa malu. Ada batasan-batasan etika yang harus dijaga bahkan dalam tindakan-tindakan yang diizinkan.
3. Keseimbangan antara Kebebasan dan Etika: Hadis ini mengajarkan tentang keseimbangan antara kebebasan individu untuk bertindak dan kewajiban untuk menjaga etika serta nilai-nilai moral dalam masyarakat.
4. Kewaspadaan terhadap Keinginan Negatif: Pesan dalam hadis ini dapat diartikan sebagai peringatan agar seseorang tidak menyalahgunakan kebebasan dengan melampaui batas moral dan etika.
5. Pentingnya Kesadaran Diri: Hadis ini mengajak untuk selalu memiliki kesadaran diri (self-awareness) terhadap tindakan yang dilakukan dan tidak mengabaikan norma-norma moral yang berlaku.