AC88
Terima Kasih Guruku RASA mengantuk belum jua beranjak dari raga, ketika sang detik serta merta mendesak raga segera bergegas mengantar sang Buah Hati memulai paginya di Putra Pertiwi School, Pondok Cabe.. Bel tanda masuk belum berbunyi, ketika tak sengaja raga ini hampir saja bertabrakan dengan seseorang di depan pintu gerbang..Betapa malu rasanya. Mulailah benak ini menyalahkan diri, semalam terlampau larut beranjak tidur. Rentetan dampaknya jadi serba menyebalkan, juga memalukan.. Usai menghantar sang Buah Hati langsung ke "Miss" Kelas-nya, diri ini bergegas temui beberapa rekan, di Parent Teacher Association, untuk meeting internal rutin yang telah dijadualkan. Sementara berbincang soal beberapa hal dengan beberapa rekan, mata ini terpaku pada pemandangan tak "lazim". Kebetulan sedang melepas kaca mata. Tapi cukup jelas untuk (sekedar) menangkap pemandangan yang tak "lazim". Ke arah kami berjalan sesosok Pria beraga lumayan "segar", 30-an tahun, pria yang hampir bertabrakan dengan diri, beberapa menit sebelumnya...... sedang berjalan cepat. Belum kelar sisa rasa malu di benak..tiba-tiba saja bergetar sukma ini.. terasa adem & 'bungah' di dada, ketika dalam hitungan detik saksikan seorang siswa SD langsung berlari ke arahnya, meraih tangannya.. menempelkannya di dahi mungilnya, dan langsung naik ke atas bahu sang pria.. yang senantiasa tersenyum. Spontan benak ini menduga.. "Wah, beruntung sekali si siswa.. diberkahi Ayah sedemikian sabar, akrab, & mengayomi. ..Andai saja..." Belum rampung benak ini merangkai kata, datang 2 siswa lain yang juga lakukan ritual yang sama dengan yang pertama..bergantian, dengan ceria, khas anak-anak. Semua bergelantungan di bahu sang pria, yang tampak mulai kerepotan.. tapi tetap tersenyum. Sedetik berikutnya, mendekat 3 siswi mungil yang langsung meraih tangan sang pria.. menempelkannya di dahi, meraih tas tangannya, membantu membawakannya, lalu bergegas meninggalkannya dengan riang, menuju ruang Kelas. ..Benak ini kembali bertanya, siapa gerangan sang pria. Belum sempat menduga, rekan sesama Ibu di samping langsung beranjak berdiri mendekati sang pria.. Barulah diri ini sadari, sang pria adalah salah seorang GURU di situ. Jujur, diri ini terpana. Ini tahun 2oo8. Ini di kota metropolitan Jakarta. "Haree genee...!!!!", meminjam komentar salah satu rekan. Pemandangan tadi sungguh tak "lazim". Saya tidak membutuhkan terlampau banyak deret kata untuk menjelaskan penyebab keterpanaan saya, tentang sosok Guru dimaksud... Intuisi saya sedang tepat, kali itu. Beliau salah satu Guru favorit para siswa. Yang semakin menggetarkan, pada detik yang sama saya pun menangkap kejadian & nuansa serupa terjadi beberapa langkah di belakang sang Guru..pada Guru lain. Menariknya lagi, ketika saya palingkan pandangan saya ke sisi lain, saya kembali temukan nuansa senada lain..di sana. Hubungan harmonis para Guru, dengan para Murid. Dan, hari demi hari berikutnya saya kembali bertemu dengan satu demi satu keterpanaan lain saya, di sana, Semoga tepat saya 'titipkan' rata-rata 4jam pagi Buah Hati saya, di sana..5 hari per minggu. Tentu, pada akhirnya tiada yang abadi & pasti tentangnya. Setidaknya, keterpanaan saya cukup mampu (sedikit) menggerus kekhawatiran saya, terhadap penerapan sistem Pendidikan di Negeri ini. Di tengah perbincangan ringan dengan beberapa rekan pada suatu hari, terlontar muncul gagasan spontan & fresh, saya kira, andai saja suatu hari kelak Menteri Pendidikan Negeri ini dipegang oleh seorang Kak Seto (Seto Mulyadi). Setidaknya oleh seseorang yang memiliki cara pandang Pendidikan sejenis, dengan Kak Seto. Lagi-lagi soal pilihan cara pandang. Hal yang tidak se-simpel yang kita bayangkan, dalam penerapannya, di Negeri ini. Jujur, saya pribadi terlampau banyak mengernyitkan dahi.. setiap mendengar/membaca/menyaksikan sistem Pendidikan yang diterapkan Negeri ini.. Belum lagi tentang penerapannya di setiap Sekolah. (..bathin saya tersenyum.. tampaknya budget perawatan pencegah 'kerut area dahi & kening' saya musti ditambah, karenanya..) [Saya, lahir di Epouto.. salah satu wilayah pedalaman terlampau (amat sangat) terpencil Negeri ini, di Papua... ketika secara administratif (saat itu) masih menganut sistem Negeri Belanda. Meski demikian, sebagian terbesar cara belajar & cara pandang saya tentang sistem pendidikan ideal lebih banyak mengacu pada apa yang saya terima sejak di pedalaman dulu. Sejak SMA saya pindah bersekolah di Yogyakarta..dan (sempat & sering) terkaget-kaget. Bukan terpana..!! ..mungkin di situlah akarnya.]
RASA mengantuk belum jua beranjak dari raga, ketika sang detik serta merta mendesak raga segera bergegas mengantar sang Buah Hati memulai paginya di Putra Pertiwi School, Pondok Cabe.. Bel tanda masuk belum berbunyi, ketika tak sengaja raga ini hampir saja bertabrakan dengan seseorang di depan pintu gerbang..Betapa malu rasanya. Mulailah benak ini menyalahkan diri, semalam terlampau larut beranjak tidur. Rentetan dampaknya jadi serba menyebalkan, juga memalukan.. Usai menghantar sang Buah Hati langsung ke "Miss" Kelas-nya, diri ini bergegas temui beberapa rekan, di Parent Teacher Association, untuk meeting internal rutin yang telah dijadualkan. Sementara berbincang soal beberapa hal dengan beberapa rekan, mata ini terpaku pada pemandangan tak "lazim". Kebetulan sedang melepas kaca mata. Tapi cukup jelas untuk (sekedar) menangkap pemandangan yang tak "lazim". Ke arah kami berjalan sesosok Pria beraga lumayan "segar", 30-an tahun, pria yang hampir bertabrakan dengan diri, beberapa menit sebelumnya...... sedang berjalan cepat. Belum kelar sisa rasa malu di benak..tiba-tiba saja bergetar sukma ini.. terasa adem & 'bungah' di dada, ketika dalam hitungan detik saksikan seorang siswa SD langsung berlari ke arahnya, meraih tangannya.. menempelkannya di dahi mungilnya, dan langsung naik ke atas bahu sang pria.. yang senantiasa tersenyum. Spontan benak ini menduga.. "Wah, beruntung sekali si siswa.. diberkahi Ayah sedemikian sabar, akrab, & mengayomi. ..Andai saja..." Belum rampung benak ini merangkai kata, datang 2 siswa lain yang juga lakukan ritual yang sama dengan yang pertama..bergantian, dengan ceria, khas anak-anak. Semua bergelantungan di bahu sang pria, yang tampak mulai kerepotan.. tapi tetap tersenyum. Sedetik berikutnya, mendekat 3 siswi mungil yang langsung meraih tangan sang pria.. menempelkannya di dahi, meraih tas tangannya, membantu membawakannya, lalu bergegas meninggalkannya dengan riang, menuju ruang Kelas. ..Benak ini kembali bertanya, siapa gerangan sang pria. Belum sempat menduga, rekan sesama Ibu di samping langsung beranjak berdiri mendekati sang pria.. Barulah diri ini sadari, sang pria adalah salah seorang GURU di situ. Jujur, diri ini terpana. Ini tahun 2oo8. Ini di kota metropolitan Jakarta. "Haree genee...!!!!", meminjam komentar salah satu rekan. Pemandangan tadi sungguh tak "lazim". Saya tidak membutuhkan terlampau banyak deret kata untuk menjelaskan penyebab keterpanaan saya, tentang sosok Guru dimaksud... Intuisi saya sedang tepat, kali itu. Beliau salah satu Guru favorit para siswa. Yang semakin menggetarkan, pada detik yang sama saya pun menangkap kejadian & nuansa serupa terjadi beberapa langkah di belakang sang Guru..pada Guru lain. Menariknya lagi, ketika saya palingkan pandangan saya ke sisi lain, saya kembali temukan nuansa senada lain..di sana. Hubungan harmonis para Guru, dengan para Murid. Dan, hari demi hari berikutnya saya kembali bertemu dengan satu demi satu keterpanaan lain saya, di sana, Semoga tepat saya 'titipkan' rata-rata 4jam pagi Buah Hati saya, di sana..5 hari per minggu. Tentu, pada akhirnya tiada yang abadi & pasti tentangnya. Setidaknya, keterpanaan saya cukup mampu (sedikit) menggerus kekhawatiran saya, terhadap penerapan sistem Pendidikan di Negeri ini. Di tengah perbincangan ringan dengan beberapa rekan pada suatu hari, terlontar muncul gagasan spontan & fresh, saya kira, andai saja suatu hari kelak Menteri Pendidikan Negeri ini dipegang oleh seorang Kak Seto (Seto Mulyadi). Setidaknya oleh seseorang yang memiliki cara pandang Pendidikan sejenis, dengan Kak Seto. Lagi-lagi soal pilihan cara pandang. Hal yang tidak se-simpel yang kita bayangkan, dalam penerapannya, di Negeri ini. Jujur, saya pribadi terlampau banyak mengernyitkan dahi.. setiap mendengar/membaca/menyaksikan sistem Pendidikan yang diterapkan Negeri ini.. Belum lagi tentang penerapannya di setiap Sekolah. (..bathin saya tersenyum.. tampaknya budget perawatan pencegah 'kerut area dahi & kening' saya musti ditambah, karenanya..) [Saya, lahir di Epouto.. salah satu wilayah pedalaman terlampau (amat sangat) terpencil Negeri ini, di Papua... ketika secara administratif (saat itu) masih menganut sistem Negeri Belanda. Meski demikian, sebagian terbesar cara belajar & cara pandang saya tentang sistem pendidikan ideal lebih banyak mengacu pada apa yang saya terima sejak di pedalaman dulu. Sejak SMA saya pindah bersekolah di Yogyakarta..dan (sempat & sering) terkaget-kaget. Bukan terpana..!! ..mungkin di situlah akarnya.]
Semoga Membantu
Jadiin Terbaik Ya Kak