Cucur keringat dalam asamu Darah yang mengalir dalam nadimu Tak patahkan semangat perjuanganmu Meraih asa harapan serta cita-cita
Tekadmu membela negeri Dengan gagah berani engkau berdiri Tak pedulikan hidup ataupun mati Demi sang saka merah putih ini
Tapi .... Kini penrjuanganmu seperti tak berarti Tangisan pilu rakyat kecil menjadi-jadi Korupsipun sudah menjadi tradisi
Wahai pahlawanku Andai engkau mengerti indonesia kini Mungkin senyumu menjadi tangismu Mungkin tawamu menjadi sedihmu
Wahai pahlawanku Maafkan kami yang belum bisa memperbaiki Negara yang miskin ini Tapi kami akan berjanji
Merebut kembali ondonesia engkau Perjuangan dulu menjadi indonesia Yang sejahtera abadi Di sat ini dan nanti
1 votes Thanks 2
amighost
Syair ditulis hamba yang fakir, hasil renungan dalam berfikir, dari sejarah yang telah diukir, berhambur darah bertakir-takir. Syair berkisah tentang pahlawan, orang yang hebat juga melawan, berjenis puan maupun tuan, yang telah berpulang ke atas awan. Pahlawan itu banyak jenisnya, banyak pula bidang-bidangnya, ada pula kepentingannya, tergantung siapa menginginkannya. II Pahlawan perang tewas terbunuh, gagah berani melawan musuh, atau dibuang ketempat jauh, atau dikurung penjara kukuh. Namanya harum semerbak wangi, ditulis orang disana-sini, tuk nama jalan juga mumpuni, didinding fotonya berwarna-warni. Sibuklah anak hafal namanya, demikian juga daerah asalnya, siapa pula yang diperanginya, serta ditulis keberaniannya. III Ada pula pahlawan kecil, seperti guru daerah terpencil, tinggal ditempat jauh terkucil, ditambah pula gaji yang kecil. Jasanya tidak terlihat mata, tak banyak pula orang berkata, tiada pula jadi berita, sampai ia pun menutup mata. Inilah jenis pahlawan guru, patutu digugu patut ditiru, dizaman lama atau baharu, bila teringat bikin terharu. IV Ada pula pahlawan tani, ditengah sawah berhari-hari, keringat mengalir berkati-kati, untuk tanam dan pelihara padi. Mereka pahlawan bagi keluarga, rezeki yang halal selalu dijaga, sehat dan lapang jiwa dan raga, setiap saat hatinya lega. Mereka tak perlu berpura-pura, bersih dan baik membangun citra, padahal bobroknya tiada terkira, negeri diurus semakin parah.
Cucur keringat dalam asamu
Darah yang mengalir dalam nadimu
Tak patahkan semangat perjuanganmu
Meraih asa harapan serta cita-cita
Tekadmu membela negeri
Dengan gagah berani engkau berdiri
Tak pedulikan hidup ataupun mati
Demi sang saka merah putih ini
Tapi ....
Kini penrjuanganmu seperti tak berarti
Tangisan pilu rakyat kecil menjadi-jadi
Korupsipun sudah menjadi tradisi
Wahai pahlawanku
Andai engkau mengerti indonesia kini
Mungkin senyumu menjadi tangismu
Mungkin tawamu menjadi sedihmu
Wahai pahlawanku
Maafkan kami yang belum bisa memperbaiki
Negara yang miskin ini
Tapi kami akan berjanji
Merebut kembali ondonesia engkau
Perjuangan dulu menjadi indonesia
Yang sejahtera abadi
Di sat ini dan nanti
hasil renungan dalam berfikir,
dari sejarah yang telah diukir,
berhambur darah bertakir-takir.
Syair berkisah tentang pahlawan,
orang yang hebat juga melawan,
berjenis puan maupun tuan,
yang telah berpulang ke atas awan.
Pahlawan itu banyak jenisnya,
banyak pula bidang-bidangnya,
ada pula kepentingannya,
tergantung siapa menginginkannya.
II
Pahlawan perang tewas terbunuh,
gagah berani melawan musuh,
atau dibuang ketempat jauh,
atau dikurung penjara kukuh.
Namanya harum semerbak wangi,
ditulis orang disana-sini,
tuk nama jalan juga mumpuni,
didinding fotonya berwarna-warni.
Sibuklah anak hafal namanya,
demikian juga daerah asalnya,
siapa pula yang diperanginya,
serta ditulis keberaniannya.
III
Ada pula pahlawan kecil,
seperti guru daerah terpencil,
tinggal ditempat jauh terkucil,
ditambah pula gaji yang kecil.
Jasanya tidak terlihat mata,
tak banyak pula orang berkata,
tiada pula jadi berita,
sampai ia pun menutup mata.
Inilah jenis pahlawan guru,
patutu digugu patut ditiru,
dizaman lama atau baharu,
bila teringat bikin terharu.
IV
Ada pula pahlawan tani,
ditengah sawah berhari-hari,
keringat mengalir berkati-kati,
untuk tanam dan pelihara padi.
Mereka pahlawan bagi keluarga,
rezeki yang halal selalu dijaga,
sehat dan lapang jiwa dan raga,
setiap saat hatinya lega.
Mereka tak perlu berpura-pura,
bersih dan baik membangun citra,
padahal bobroknya tiada terkira,
negeri diurus semakin parah.