Contoh percakapan antar 2 tokoh saja yg panjang nihh.. harus ada narasi
Alandharma
Kota Baru ::: Mita : "Hai, Lina! Bagaimana kesanmu terhadap kota ini setelahtinggal seminggu di sini? Lina : "Ehm... aku senang tinggal di sini.Orang-orang di sini ramahdan tidak individualis, termasuk teman-teman di sekolahini. "Mita : "Benarkah? Memang bagaimana di kota lamamu? "Lina : "Di sana orang-orangnya cenderung individualis, kurangmemerhatikan orang lain. Lingkungannya juga tidak bersahabat. "Mita : "Tidak bersahabat? Maksudnya? "Lina : "Lingkungan di kata lamaku sudah tidak nyaman. Masyarakatnyajuga tidak ramah. Di sana tingkat polusi udara, air,dan suara sudah sangat tinggi. Pabrik yangmuncul di setiapsudut kota membuat udara semakin kotor. Tumbuhan sudahjarang sekali. Taman kota sudah diubah menjadi areapertokoan. Jadi, aku tidak bisa bermain di taman kota kalauhari Minggu. "Mita : "Wah, sepertinya sudah jelek sekali kondisi lingkungan dikota lamamu itu ya? "Lina : "Iya, makanya aku sekeluarga memilih pindah ke kota ini.Ternyata benar, lebih nyaman. "Mita : "Eh, kamu tadi bilang senang bermain di taman kota? "Lina : "Iya, tapi semenjak di sini aku belum pernah pergi ke tamankota. Di kota ini ada taman kota tidak? "Mita : "Ada, kamu ingin pergi ke sana? "Lina : "Iya, tapi aku tidak tahu letaknya. Maukah kamu memberitahu? "Mita : "Begini, dari jalan depan di sekolah kita, JalanWijayaKusuma,kamu lurus saja ke arah timur. Nanti kamu akan melewatipertigaan. Kamu tetap saja lurus sampai melewati perempatan.Kemudian kamu belok ke kiri, yaitu ke Jalan Sudirman.Kamu ikuti terus JalanSudirman itu sampai kamumenemukanpertigaan, beloklah ke kananmasuk Jalan Yos Sudarso. Darisitu kamu jalan sekitar 100 meter, nanti kamu akan sampai ditaman kota. Taman kota ada di JalanYos Sudarso, di sebelahkiri jalan. Paham tidak dengan penjelasanku? "Lina : "Iya, aku paham karena kamu memberi penjelasan denganlancar dan jelas. Terima kasih ya."
1901Bapak : “Bu, Dona telah kelas tiga SMP. Sebentar lagi masuk SMA.” Ibu : “Benar, Pak!” Bapak : “Gimana, dia mau sekolah di mana?” Ibu : “Kalau menurut saya, biarkan Dona sendiri yang memilih sekolah yang dia inginkan. Soalnya bisa jadi, pilihan kita tidak cocok dengan keinginan si anak.”Bapak : “Benar juga, pikiran Ibu! Sekarang, dimana Dona?” Ibu : “Ada. Dia sedang di kamarnya! Perlu dipanggil?” Bapak : “Saya kira baik, kalau Dona kita ajak bicara sekarang. Biar dia mulai berpikir untuk menentukan pilihannya.” Ibu : “Dona, kemari, Nak!” Dona : “Ya, Bu. Ada apa?” Ibu : “Begini lho, kamu kan sudah kelas tiga. Sebentar lagi lulus dan melanjutkan ke sekolah lanjutan atas. Apakah kamu sudah berpikir mau kemana?” Dona : “Belum, Bu.”Bapak : “Kalau begitu, mari kita pikir bersama. Pemikiran orang banyak biasanya lebih baik daripada dipikir sendiri.” Ibu : “Kamu sendiri condong memilih kemana? SMA atau SMK?” Dona : “Kalau saya sih, senang di SMK?” Bapak : “Mengapa?” Dona : “Soalnya begini, Pak. Kalau saya melanjutkan di SMK, saya bisa langsung kerja. Dengan demikian, saya tidak membebani bapak dan ibu lagi. Tapi, saya justru dapat meringankan keluarga.” Ibu : “Bagus sekali pemikiranmu, Nak! Kita mememang masih harus membiayai dua adikmu lagi.” Bapak : “Lalu, apakah kamu sudah punya gambaran SMK mana yang ingin kamu pilih?”D ona : “Sudah, Pak. Saya akan berusahadapat diterima di SMK Kasih Bangsa.”Bapak : “Baiklah kalau demikian. Sejak sekarang persiapkan dirimu untuk menempuh ujian akhir. Belajarlah lebih rajin lagi.” Ibu : “Jangan lupa pula, berdoa, makan, dan olahraga yang teratur!” Dona : “Baik, Bu. Saya akan memberikan yang terbaik bagi keluarga kita.”
Mita : "Hai, Lina! Bagaimana kesanmu terhadap kota ini setelahtinggal seminggu di sini?
Lina : "Ehm... aku senang tinggal di sini.Orang-orang di sini ramahdan tidak individualis, termasuk teman-teman di sekolahini.
"Mita : "Benarkah? Memang bagaimana di kota lamamu?
"Lina : "Di sana orang-orangnya cenderung individualis, kurangmemerhatikan orang lain. Lingkungannya juga tidak bersahabat.
"Mita : "Tidak bersahabat? Maksudnya?
"Lina : "Lingkungan di kata lamaku sudah tidak nyaman. Masyarakatnyajuga tidak ramah. Di sana tingkat polusi udara, air,dan suara sudah sangat tinggi. Pabrik yangmuncul di setiapsudut kota membuat udara semakin kotor. Tumbuhan sudahjarang sekali. Taman kota sudah diubah menjadi areapertokoan. Jadi, aku tidak bisa bermain di taman kota kalauhari Minggu.
"Mita : "Wah, sepertinya sudah jelek sekali kondisi lingkungan dikota lamamu itu ya?
"Lina : "Iya, makanya aku sekeluarga memilih pindah ke kota ini.Ternyata benar, lebih nyaman.
"Mita : "Eh, kamu tadi bilang senang bermain di taman kota?
"Lina : "Iya, tapi semenjak di sini aku belum pernah pergi ke tamankota. Di kota ini ada taman kota tidak?
"Mita : "Ada, kamu ingin pergi ke sana?
"Lina : "Iya, tapi aku tidak tahu letaknya. Maukah kamu memberitahu?
"Mita : "Begini, dari jalan depan di sekolah kita, JalanWijayaKusuma,kamu lurus saja ke arah timur. Nanti kamu akan melewatipertigaan. Kamu tetap saja lurus sampai melewati perempatan.Kemudian kamu belok ke kiri, yaitu ke Jalan Sudirman.Kamu ikuti terus JalanSudirman itu sampai kamumenemukanpertigaan, beloklah ke kananmasuk Jalan Yos Sudarso. Darisitu kamu jalan sekitar 100 meter, nanti kamu akan sampai ditaman kota. Taman kota ada di JalanYos Sudarso, di sebelahkiri jalan. Paham tidak dengan penjelasanku?
"Lina : "Iya, aku paham karena kamu memberi penjelasan denganlancar dan jelas. Terima kasih ya."
Ibu : “Benar, Pak!”
Bapak : “Gimana, dia mau sekolah di mana?”
Ibu : “Kalau menurut saya, biarkan Dona sendiri yang memilih sekolah yang dia inginkan. Soalnya bisa jadi, pilihan kita tidak cocok dengan keinginan si anak.”Bapak : “Benar juga, pikiran Ibu! Sekarang, dimana Dona?”
Ibu : “Ada. Dia sedang di kamarnya! Perlu dipanggil?”
Bapak : “Saya kira baik, kalau Dona kita ajak bicara sekarang. Biar dia mulai berpikir untuk menentukan pilihannya.”
Ibu : “Dona, kemari, Nak!”
Dona : “Ya, Bu. Ada apa?”
Ibu : “Begini lho, kamu kan sudah kelas tiga. Sebentar lagi lulus dan melanjutkan ke sekolah lanjutan atas. Apakah kamu sudah berpikir mau kemana?”
Dona : “Belum, Bu.”Bapak : “Kalau begitu, mari kita pikir bersama. Pemikiran orang banyak biasanya lebih baik daripada dipikir sendiri.”
Ibu : “Kamu sendiri condong memilih kemana? SMA atau SMK?”
Dona : “Kalau saya sih, senang di SMK?”
Bapak : “Mengapa?”
Dona : “Soalnya begini, Pak. Kalau saya melanjutkan di SMK, saya bisa langsung kerja. Dengan demikian, saya tidak membebani bapak dan ibu lagi. Tapi, saya justru dapat meringankan keluarga.”
Ibu : “Bagus sekali pemikiranmu, Nak! Kita mememang masih harus membiayai dua adikmu lagi.”
Bapak : “Lalu, apakah kamu sudah punya gambaran SMK mana yang ingin kamu pilih?”D
ona : “Sudah, Pak. Saya akan berusahadapat diterima di SMK Kasih Bangsa.”Bapak : “Baiklah kalau demikian. Sejak sekarang persiapkan dirimu untuk menempuh ujian akhir. Belajarlah lebih rajin lagi.”
Ibu : “Jangan lupa pula, berdoa, makan, dan olahraga yang teratur!”
Dona : “Baik, Bu. Saya akan memberikan yang terbaik bagi keluarga kita.”