ramadhana21
Akulturasi budaya masa Islam di IndonesiaSebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.Untuk lebih memahami wujud budaya yang sudah mengalami proses akulturasi dapat Anda simak dalam uraian materi berikut ini.Akulturasi Bentuk Fisik1. Seni BangunanMasjidWujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana.Untuk lebih jelasnya silahkan Anda simak gambar 1.1 berikut ini.Masjid Aceh merupakan salah satu masjid kuno di Indonesia.Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:1) Bentuk BangunanKebanyakan masjid di Indonesia terutama di Jawa berbentuk seperti pendopo yang berbentuk bujur sangkar. Selain itu atap masjid berbentuk tumpang. Ini merupakan perpaduan dengan Hindu dimana tumpang dalam agama Hindu menghiasi pura. Atap ini sangat berbeda dengan atap-atap masjid di Timur Tengah sebagai asal Islam. Akan tetapi dalam Idlam tidak ada aturan khusus dalam masalah atap masjid, yang terpenting dapat dijadikan sebagai tempat sholat. Atap ini juga selalu ganjil, yaitu 3 atau 52) ManaraMenara berfungsi sebagai tempat untuk menyerukan azan. Menara merupakan salah satu kelengkapan masjid. Akan tetapi di Indonesia hanya masjidKudus dan banten saja yang memiliki menara. Menara msjid Kudus terbuat dari terakota yang tersusun seperti candi sedangkan di Banten bentuk menara yang lebih menyerupai mercusuar Eropa.3) Letak MasjidSelain bentuk masjid dan menara, letak masjid juga memiliki keunikan. Penemptan masjid di Indonesia terutama masjid jami’ letaknya sesuai dengan tata letak macapat, yaitu masjid diletakkan disebelah barat alun-alun dekat dengan istana (keraton) yang emrupakan symbol tempat bersatunya rakyat dengan rajanya. Sebenarnya penempatan majid dalam Islam tidak diatur secara khusus. Selain itu penempatan masjid diletakkan dekat dengan makam. Letak yang seperti ini terutama untuk makam raja-raja.Contoh masjid kuno lain Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya.MakamSelain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan makam. makam Sendang Duwur berikut ini. Makam Sendang Duwur (Tuban) Yang berciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat. Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga terbuat dari batu. Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba. Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu). Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja.3. Seni Ukir
2 votes Thanks 6
matwi73
Pada masa islam di jawa seperti walisongo,,mereka mengalkulturasikan bdaya2 pada masyarakat setempt,,para wali mengubah ajaran2 agama tsb untuk menarik simpati masyarakat,,,contohnya,,wayang pada masyarakt jawa berupa orang tetapi peranan wali merubahnya menjadi karikautr seperti petruk dan semar,,menuruh untuk menyembelih sapi di kudus,,membangun masjid yg beratap 3,,serta membuat tempat wudhu dengan penambahan patung2 agar masyarak saling tertarik
Makam Sendang Duwur (Tuban)
Yang berciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga terbuat dari batu.
Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja.3. Seni Ukir