Sementara itu, ketiga target lainnya yaitu Soeprapto, S Parman dan Sutoyo ditangkap secara hidup-hidup. Abdul Harris Nasution yang menjadi target utama berhasil kabur setelah melompati dinding batas kedubes irak.
Meskipun begitu, Pierre Tendean dan anaknya Ade Irma S Nasution ditangkap dan tewas pada 6 oktober oleh regu sergap. Korban lainnya adalah seorang polisi penjaga rumah tangga nasution, dan juga Abert Naiborhu. Jendral yang masih hidup lalu dibunuh dan dibuang di lubang buaya.
Pukul 07.00 pagi, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan dari Komandan Cakrawibawa, Untung Syamsuri bahwa (G-30 S/PKI) telah berhasil diambil alih di beberapa lokasi strategis Jakarta beserta anggota militer lainnya. Mereka bersi keras bahwa gerakan tersebut didukung CIA yang bertujuan melengserkan Soekarno dari posisinya.
Para pelaku pembunuh Jendral melewatkan (tidak membunuh) Soeharto yang dikira bukan tokoh politik. Begitu Soeharto mendengar kabar pembunuhan para jendral, beliau segera ke markas KOSTRAD dan menghubungi anggota Angkatan Laut (AL) dan polisi. Soeharto berhasil membuat 2 batalyon pasukan kudeta menyerah. (G-30 S/PKI) dapat dihentikan pada jam 19.00 (atau jam 7 malam), setelah pasukan pimpinan Soeharto berhasil mengambil alih seluruh fasilitas (G-30 S/PKI).
Pukul 21.00 (atau jam 9) malam Soeharto dan Nasution mengumumkan bahwa sekarang ia telah mengambil alih tentara yang pernah dikuasai oleh PKI dan akan terus berusaha menghancurkan pasukan kontra revolusioner demi melindungi posisi Soekarno. Adapun Ke 7 jasad jendral yang terbunuh adalah antara lain sebagai berikut :
7 nama jenderal yang terbunuh pada peristiwa G-30 S/PKI. 1. Jendral Ahmad Yani. 2. Mayjend Donald Isaac Panjaitan. 3. Brijen Katamso Darmokusumo. 4. Letjen Mas Tirtodarmo Haryono. 5. Letjen Suprapto. 6. Kapten Pierre Tandean. 7. K.S Tubun.
Ke 7 jasad Jendral itu ditemukan di Lubang Buaya pada tanggal 3 oktober dan kemudian dikuburkan secara layak pada tanggal 5 oktober.
1. Ahmad Yani.
2. MT Haryono.
3. Di Panjaitan.
Sementara itu, ketiga target lainnya yaitu Soeprapto, S Parman dan Sutoyo ditangkap secara hidup-hidup. Abdul Harris Nasution yang menjadi target utama berhasil kabur setelah melompati dinding batas kedubes irak.
Meskipun begitu, Pierre Tendean dan anaknya Ade Irma S Nasution ditangkap dan tewas pada 6 oktober oleh regu sergap. Korban lainnya adalah seorang polisi penjaga rumah tangga nasution, dan juga Abert Naiborhu. Jendral yang masih hidup lalu dibunuh dan dibuang di lubang buaya.
Pukul 07.00 pagi, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan dari Komandan Cakrawibawa, Untung Syamsuri bahwa (G-30 S/PKI) telah berhasil diambil alih di beberapa lokasi strategis Jakarta beserta anggota militer lainnya. Mereka bersi keras bahwa gerakan tersebut didukung CIA yang bertujuan melengserkan Soekarno dari posisinya.
Para pelaku pembunuh Jendral melewatkan (tidak membunuh) Soeharto yang dikira bukan tokoh politik. Begitu Soeharto mendengar kabar pembunuhan para jendral, beliau segera ke markas KOSTRAD dan menghubungi anggota Angkatan Laut (AL) dan polisi. Soeharto berhasil membuat 2 batalyon pasukan kudeta menyerah. (G-30 S/PKI) dapat dihentikan pada jam 19.00 (atau jam 7 malam), setelah pasukan pimpinan Soeharto berhasil mengambil alih seluruh fasilitas (G-30 S/PKI).
Pukul 21.00 (atau jam 9) malam Soeharto dan Nasution mengumumkan bahwa sekarang ia telah mengambil alih tentara yang pernah dikuasai oleh PKI dan akan terus berusaha menghancurkan pasukan kontra revolusioner demi melindungi posisi Soekarno. Adapun Ke 7 jasad jendral yang terbunuh adalah antara lain sebagai berikut :
7 nama jenderal yang terbunuh pada peristiwa G-30 S/PKI.
1. Jendral Ahmad Yani.
2. Mayjend Donald Isaac Panjaitan.
3. Brijen Katamso Darmokusumo.
4. Letjen Mas Tirtodarmo Haryono.
5. Letjen Suprapto.
6. Kapten Pierre Tandean.
7. K.S Tubun.
Ke 7 jasad Jendral itu ditemukan di Lubang Buaya pada tanggal 3 oktober dan kemudian dikuburkan secara layak pada tanggal 5 oktober.