Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barangsiapa mendapat petunjuk dari Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuk baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselematan tercurah pada Nabi Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.
Hadirin Rahimakumullah.
Pada kesempatan ini saya akan membawakan ceramah yang berjudul “Saat Ibu Menangis.”
Astagfirullah. Kadang kita sebagai anak, tidak tahu menempatkan diri. Ibu sudah bersusah payah mencoba membuat kita senang, malah ditanggapi dengan kemarahan ketika menyuruh kita melakukan sesuatu untuknya, padahal itu merupakan kewajiban seorang anak.
Marah kepada ibu sampai membuatnya menangis bukankah itu memutuskan ridho Ilahi? Bukankah demikian, karena Ridho Allah letaknya pada Ridho orang tua?
Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394)
Anak yang membuat ibunya menangis, adalah anak durhaka. Maukah kita menjadi anak durhaka? Astagfirullah al-adzim. Tentuk kita semua tidak ada yang mau.
Hadirin Rahimakumullah.
Ada sebuah kisah yang terjadi pada zaman Rasulullah Saw, di mana ada seorang anak yang terkenal ahli ibadah dan shalih. Suatu waktu ajalnya datang menjemput, namun saat itu juga Allah memeritahkan malaikat maut hanya sampai pada kerongkongan saja. Tidak sepenuhnya roh anak itu keluar dengan lembut. Rasulullah yang menyaksikan pun langsung berdoa kepada Allah agar diberikan kemudahan kepada anak tersebut, hanya saja Allah Swt belum mengizinkannya.
Bukan hanya itu penderitaan yang diterima anak yang dikenal ahli ibadah sebelumnya, ketika dikuburkan tanah pun tidak menerimanya. Akhirnya Rasulullah menyuruh salah satu sahabat untuk memanggil anak ibu tersebut. Ibu yang dimaksud itupun datang menemui Rasul.
“Apa kesalahan anakmu semasa hidup wahai ibu?” tanya Rasulullah.
“Tidak ya Rasul, anak saya tidak pernah salah apa-apa. Dia anak yang baik Rasul. Dia anak yang shaleh.” Jawab si ibu.
Sampai sebanyak tiga kali Rasul bertanya dengan pertanyaan sama, sampai akhirnya berkata: “Maafkan anakmu wahai ibu, agar selesai naza’ anakmu.”
Selain itu Nabi berdalih, kalau sang ibu tidak memaafkan maka si anak dibakar, sehingga sang ibu pun memaafkan.
“Aku maafkan dia ya Rasulullah. Dia memang pernah menyakiti hatiku namun aku tidak tega melihatnya dibakar ya Rasulullah. Maka aku akan memaafkan kesalahan-kesalahannya,” kata si ibu.
Dengan kehendak Allah Swt, maka nyawa anak itupun dicabut dan dikuburkan secara layak. Allahuakbar.
Hadirin Rahimakumullah…..
Kisah ini memberikan kita pelajaran bahha Ridho Allah benar-benar terletak pada Ridho orang tua. Meskipun sudah melakukan banyak ibadah kepada-Nya, namun di sisi lain durhaka kepada orang tua, termasuk ibu maka Allah pun tidak akan meridhoi kita.
Salah satu bentuk durhaka kita kepada ibu adalah membantahnya, berkata kasar kepadanya bahkan sampai membuatnya menangis. Naudzubillah.
Semoga kita termasuk anak-anak yang berbakti kepada orang tua, termasuk ibu. Amin ya Rabbal Alamin.
Mungkin hanya sedikit nasehat yang bisa saya sampaikan.
Assalamualaikum wr.wb.
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barangsiapa mendapat petunjuk dari Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuk baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselematan tercurah pada Nabi Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.
Hadirin Rahimakumullah.
Pada kesempatan ini saya akan membawakan ceramah yang berjudul “Saat Ibu Menangis.”
Astagfirullah. Kadang kita sebagai anak, tidak tahu menempatkan diri. Ibu sudah bersusah payah mencoba membuat kita senang, malah ditanggapi dengan kemarahan ketika menyuruh kita melakukan sesuatu untuknya, padahal itu merupakan kewajiban seorang anak.
Marah kepada ibu sampai membuatnya menangis bukankah itu memutuskan ridho Ilahi? Bukankah demikian, karena Ridho Allah letaknya pada Ridho orang tua?
Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394)
Anak yang membuat ibunya menangis, adalah anak durhaka. Maukah kita menjadi anak durhaka? Astagfirullah al-adzim. Tentuk kita semua tidak ada yang mau.
Hadirin Rahimakumullah.
Ada sebuah kisah yang terjadi pada zaman Rasulullah Saw, di mana ada seorang anak yang terkenal ahli ibadah dan shalih. Suatu waktu ajalnya datang menjemput, namun saat itu juga Allah memeritahkan malaikat maut hanya sampai pada kerongkongan saja. Tidak sepenuhnya roh anak itu keluar dengan lembut. Rasulullah yang menyaksikan pun langsung berdoa kepada Allah agar diberikan kemudahan kepada anak tersebut, hanya saja Allah Swt belum mengizinkannya.
Bukan hanya itu penderitaan yang diterima anak yang dikenal ahli ibadah sebelumnya, ketika dikuburkan tanah pun tidak menerimanya. Akhirnya Rasulullah menyuruh salah satu sahabat untuk memanggil anak ibu tersebut. Ibu yang dimaksud itupun datang menemui Rasul.
“Apa kesalahan anakmu semasa hidup wahai ibu?” tanya Rasulullah.
“Tidak ya Rasul, anak saya tidak pernah salah apa-apa. Dia anak yang baik Rasul. Dia anak yang shaleh.” Jawab si ibu.
Sampai sebanyak tiga kali Rasul bertanya dengan pertanyaan sama, sampai akhirnya berkata: “Maafkan anakmu wahai ibu, agar selesai naza’ anakmu.”
Selain itu Nabi berdalih, kalau sang ibu tidak memaafkan maka si anak dibakar, sehingga sang ibu pun memaafkan.
“Aku maafkan dia ya Rasulullah. Dia memang pernah menyakiti hatiku namun aku tidak tega melihatnya dibakar ya Rasulullah. Maka aku akan memaafkan kesalahan-kesalahannya,” kata si ibu.
Dengan kehendak Allah Swt, maka nyawa anak itupun dicabut dan dikuburkan secara layak. Allahuakbar.
Hadirin Rahimakumullah…..
Kisah ini memberikan kita pelajaran bahha Ridho Allah benar-benar terletak pada Ridho orang tua. Meskipun sudah melakukan banyak ibadah kepada-Nya, namun di sisi lain durhaka kepada orang tua, termasuk ibu maka Allah pun tidak akan meridhoi kita.
Salah satu bentuk durhaka kita kepada ibu adalah membantahnya, berkata kasar kepadanya bahkan sampai membuatnya menangis. Naudzubillah.
Semoga kita termasuk anak-anak yang berbakti kepada orang tua, termasuk ibu. Amin ya Rabbal Alamin.
Mungkin hanya sedikit nasehat yang bisa saya sampaikan.
Wassalamu'alaikum wr. wb