Di daerah pedalaman tinggallah ribuan binatang. Dari ribuan binatang itu hiduplah sekelompok kancil. Dalam kelompok itu ada yang dijuluki si Pincang. Ia selalu diejek oleh binatang-binatang lainnya. Namun ia selalu tabah menghadapi cobaan hidupnya..(orientasi)
Pada suatu hari ia hendak mengembara untuk mencari tempat yang aman dan tenteram baginya. Di perjalanan di dalam hati ia berkata, “Mengapa aku selalu diejek oleh teman-temanku? Apakah karena aku berbeda dengan mereka? Aku tahu bahwa aku mempunyai kaki yang tidak sama dengan mereka.” Pada saat itu si Pincang bertemu dengan orang utan yang sangat baik. Orang utan itu tinggal di hutan yang sangat damai. Orang utan itu bertanya kepada si kancil. “Wahai, kancil, hendak ke mana engkau?” “Aku hendak mencari tempat yang aman dan tentram bagi diriku. “Oh, begitu.” Lalu orang utan mengajak kancil tinggal di rumahnya. “Terima kasih, temanku, engkau sangat baik,” kata kancil. Setelah sampai di rumah orang utan, kancil sangat senang dan merasakan kedamaian. Beberapa hari kemudian kancil keluar rumah untuk mencari makanan. Ia melihat orang utan datang berlari-lari. “Teman, mengapa engkau lari tergesa-gesa?” “Aku sedang dikejar seorang pemburu yang ingin menembakku,” kata orang utan. Beberapa saat kancil diam, mencari akal. (Komplikasi)
“Aku punya akal untuk membuat si pemburu jera dengan perbuatannya,” kata kancil. “Apa teman ?” “Begini, aku akan membuat perangkap untuk pemburu itu.” Beberapa hari kemudian perangkap buatan kancil sudah jadi dan siap dipakai. Kancil menyuruh orang utan berpura-pura mencari makanan. Pemburu melihat orang utan yang sibuk mencari makanan dan ia menyiapkan senapan untuk menembaknya. Pemburu tidak tahu bahwa di atasnya terdapat perangkap yang telah disediakan untuknya. Pemburu terperangkap di dalamnya. Kancil dan orang utan sangat gembira. “Kita berhasil menangkap pemburu itu dan engkau sangat hebat kawan,” kata orang utan kepada si kancil. “Sudahlah kawan, kita berteman, jadi kita wajib saling membantu.” (Resolusi)
Akhirnya hutan yang di tempati oleh orang utan dan kancil menjadi damai kembali. (Koda)
Di daerah pedalaman tinggallah ribuan binatang. Dari ribuan binatang itu hiduplah sekelompok kancil. Dalam kelompok itu ada yang dijuluki si Pincang. Ia selalu diejek oleh binatang-binatang lainnya. Namun ia selalu tabah menghadapi cobaan hidupnya..(orientasi)
Pada suatu hari ia hendak mengembara untuk mencari tempat yang aman dan tenteram baginya. Di perjalanan di dalam hati ia berkata, “Mengapa aku selalu diejek oleh teman-temanku? Apakah karena aku berbeda dengan mereka? Aku tahu bahwa aku mempunyai kaki yang tidak sama dengan mereka.”
Pada saat itu si Pincang bertemu dengan orang utan yang sangat baik. Orang utan itu tinggal di hutan yang sangat damai. Orang utan itu bertanya kepada si kancil.
“Wahai, kancil, hendak ke mana engkau?”
“Aku hendak mencari tempat yang aman dan tentram bagi diriku.
“Oh, begitu.” Lalu orang utan mengajak kancil tinggal di rumahnya.
“Terima kasih, temanku, engkau sangat baik,” kata kancil. Setelah sampai di rumah orang utan, kancil sangat senang dan merasakan kedamaian. Beberapa hari kemudian kancil keluar rumah untuk mencari makanan. Ia melihat orang utan datang berlari-lari.
“Teman, mengapa engkau lari tergesa-gesa?”
“Aku sedang dikejar seorang pemburu yang ingin menembakku,” kata orang utan. Beberapa saat kancil diam, mencari akal. (Komplikasi)
“Aku punya akal untuk membuat si pemburu jera dengan perbuatannya,” kata kancil.
“Apa teman ?”
“Begini, aku akan membuat perangkap untuk pemburu itu.”
Beberapa hari kemudian perangkap buatan kancil sudah jadi dan siap dipakai. Kancil menyuruh orang utan berpura-pura mencari makanan. Pemburu melihat orang utan yang sibuk mencari makanan dan ia menyiapkan senapan untuk menembaknya. Pemburu tidak tahu bahwa di atasnya terdapat perangkap yang telah disediakan untuknya. Pemburu terperangkap di dalamnya. Kancil dan orang utan sangat gembira.
“Kita berhasil menangkap pemburu itu dan engkau sangat hebat kawan,” kata orang utan kepada si kancil.
“Sudahlah kawan, kita berteman, jadi kita wajib saling membantu.” (Resolusi)
Akhirnya hutan yang di tempati oleh orang utan dan kancil menjadi damai kembali. (Koda)