Cerpen atau cerita pendek adalah sebuah karya sastra Indonesia yang berasal dari periode sastra baru dan ditulis dengan hanya melibatkan 10.000 kata atau kurang. Selain jumlah katanya yang terbatas, sebuah cerpen juga setidaknya memiliki dua ciri khas yaitu penggunaan alur tunggal serta satu tokoh atau peristiwa sebagai fokus utama dalam cerita.
Pembahasan
Pada kesempatan ini, soal meminta kita untuk membuat satu contoh cerpen yang berjudul "Solidaritas dalam Perbedaan". Berikut kakak akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
SOLIDARITAS DALAM PERBEDAAN
Perkenalkan, namaku Ani. Aku seorang siswi di SMP Tritunggal di Kota Tanjungbalai Sumatera Utara. Aku punya pengalaman yang sangat menarik bersekolah di tempat ini. Perlu kalian tahu, aku merupakan seorang umat Hindu dan sekolah tempatku belajar tersebut adalah sebuah sekolah yang dikelola oleh yayasan Katolik. Bahkan kepala sekolah yang memimpin sekolah tersebut berasal dari sebuah kongregasi, seperti kumpulan orang-orang Katolik yang memilih untuk tidak menikah seperti suster, bruder, frater, atau pastur.
Awalnya aku sempat tidak yakin akan betah bersekolah di tempat ini. Aku sudah terbiasa bergaul dengan teman-temanku yang berasal dari kelompok yang sama, sama-sama beragaman Hindu. Aku sudah terbiasa hanya peduli dengan teman-temanku yang seagama. Awalnya aku takut bahwa aku akan diintimidasi dan dirundung oleh para pelajar di sana.
Sekarang sudah 3 bulan berlalu sejak pertama kali aku tercatat sebagai pelajar di sekolah ini. Harus kuakui, ketakutanku di awal masuk sekolah ini sampai sekarang tidak terbukti. Meski aku harus belajar pendidikan agama Katolik, tapi hingga kini tidak ada seorang pun di sekolah tersebut, baik para guru, siswa, maupun karyawan yang pernah menyinggung agama yang kuanut, meski mereka semua tahu persis aku bukan seorang umat Katolik. Bahkan para guruku tak segan untuk mengingatkanku agar tak lupa menunaikan kewajiban agamaku, meski pelajaran sedang berlangsung. Guru agama Katolik kami bahkan sudah mengizinkanku untuk tidak mengikuti pelajaran agama Katolik asalkan aku memiliki bukti bahwa aku belajar agama Hindu dari pemuka agama kami. Aku sangat senang diperlakukan seperti ini.
Oleh karena itu, tak heran jika aku pun tak segan bertindak yang sama kepada mereka, teman-teman dan guruku. Dari mereka aku belajar bahwa perbedaan tak perlu menjadi permasalahan. Di sekolah ini aku belajar untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Perbedaan tak lantas harus membuat kita membenci orang lain. Di tempat ini jugalah aku belajar untuk bertindak sebagai manusia, mengaplikasikan nilai-nilai kemanusiaan kepada semua orang, terlepas dari agama atau kepercayaan yang mereka anut, bahkan jika mereka tidak percaya pada Tuhan sekalipun.
Di tempat ini aku belajar tentang solidaritas sebagai sesama umat manusia yang menghuni tempat kecil bernama bumi ini. Di tempat yang kecil ini dan pada masa yang singkat ini, sudah selayaknya kita saling menghormati sebagai sesama manusia, bukannya saling menebar kebencian. Oleh karena itu, aku pun berpikir bahwa jika kelak Sang Hyang mengaruniakanku keturunan, aku akan menyekolahkan mereka di sekolah Katolik atau sekolah majemuk lainnya, agar kelak mereka pun bisa belajar tentang keberagaman dan solidaritas dalam perbedaan sama seperti yang telah kupelajari kini.
pelajari lebih lanjut
Pada materi ini, kamu dapat belajar tentang cerpen:
Verified answer
Cerpen atau cerita pendek adalah sebuah karya sastra Indonesia yang berasal dari periode sastra baru dan ditulis dengan hanya melibatkan 10.000 kata atau kurang. Selain jumlah katanya yang terbatas, sebuah cerpen juga setidaknya memiliki dua ciri khas yaitu penggunaan alur tunggal serta satu tokoh atau peristiwa sebagai fokus utama dalam cerita.
Pembahasan
Pada kesempatan ini, soal meminta kita untuk membuat satu contoh cerpen yang berjudul "Solidaritas dalam Perbedaan". Berikut kakak akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
SOLIDARITAS DALAM PERBEDAAN
Perkenalkan, namaku Ani. Aku seorang siswi di SMP Tritunggal di Kota Tanjungbalai Sumatera Utara. Aku punya pengalaman yang sangat menarik bersekolah di tempat ini. Perlu kalian tahu, aku merupakan seorang umat Hindu dan sekolah tempatku belajar tersebut adalah sebuah sekolah yang dikelola oleh yayasan Katolik. Bahkan kepala sekolah yang memimpin sekolah tersebut berasal dari sebuah kongregasi, seperti kumpulan orang-orang Katolik yang memilih untuk tidak menikah seperti suster, bruder, frater, atau pastur.
Awalnya aku sempat tidak yakin akan betah bersekolah di tempat ini. Aku sudah terbiasa bergaul dengan teman-temanku yang berasal dari kelompok yang sama, sama-sama beragaman Hindu. Aku sudah terbiasa hanya peduli dengan teman-temanku yang seagama. Awalnya aku takut bahwa aku akan diintimidasi dan dirundung oleh para pelajar di sana.
Sekarang sudah 3 bulan berlalu sejak pertama kali aku tercatat sebagai pelajar di sekolah ini. Harus kuakui, ketakutanku di awal masuk sekolah ini sampai sekarang tidak terbukti. Meski aku harus belajar pendidikan agama Katolik, tapi hingga kini tidak ada seorang pun di sekolah tersebut, baik para guru, siswa, maupun karyawan yang pernah menyinggung agama yang kuanut, meski mereka semua tahu persis aku bukan seorang umat Katolik. Bahkan para guruku tak segan untuk mengingatkanku agar tak lupa menunaikan kewajiban agamaku, meski pelajaran sedang berlangsung. Guru agama Katolik kami bahkan sudah mengizinkanku untuk tidak mengikuti pelajaran agama Katolik asalkan aku memiliki bukti bahwa aku belajar agama Hindu dari pemuka agama kami. Aku sangat senang diperlakukan seperti ini.
Oleh karena itu, tak heran jika aku pun tak segan bertindak yang sama kepada mereka, teman-teman dan guruku. Dari mereka aku belajar bahwa perbedaan tak perlu menjadi permasalahan. Di sekolah ini aku belajar untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Perbedaan tak lantas harus membuat kita membenci orang lain. Di tempat ini jugalah aku belajar untuk bertindak sebagai manusia, mengaplikasikan nilai-nilai kemanusiaan kepada semua orang, terlepas dari agama atau kepercayaan yang mereka anut, bahkan jika mereka tidak percaya pada Tuhan sekalipun.
Di tempat ini aku belajar tentang solidaritas sebagai sesama umat manusia yang menghuni tempat kecil bernama bumi ini. Di tempat yang kecil ini dan pada masa yang singkat ini, sudah selayaknya kita saling menghormati sebagai sesama manusia, bukannya saling menebar kebencian. Oleh karena itu, aku pun berpikir bahwa jika kelak Sang Hyang mengaruniakanku keturunan, aku akan menyekolahkan mereka di sekolah Katolik atau sekolah majemuk lainnya, agar kelak mereka pun bisa belajar tentang keberagaman dan solidaritas dalam perbedaan sama seperti yang telah kupelajari kini.
pelajari lebih lanjut
Pada materi ini, kamu dapat belajar tentang cerpen:
brainly.co.id/tugas/337458
Detil jawaban
Kelas: VIII
Mata pelajaran; Bahasa Indonesia
Bab; Bab 5 - Membaca cerpen
Kode kategori: 8.1.5
Kata kunci: cerpen, solidaritas dalam perbedaan