regina2000
Di gereja Katolik Roma, para agamawannya bukan hanya menghindari perkawinan, tetapi juga menghindari keintiman dengan perempuan dan hubungan profesional dengan perempuan dan tentu saja jauh dari kehidupan berkeluarga dimana ada anak-anak di dalamnya. Elaine Pagels, seorang profesor bidang agama di Princeton bahkan mengatakan bahwa ia melihat hierarki di gereja sangat tidak memperhatikan masalah kesejahteraan anak-anak. "Buat Anda dan saya, hal ini sangat sulit dimengerti. Bagi kita, kelihatannya mereka sudah tidak sejalan dengan apa yang layaknya berlaku di dunia. Tapi, mereka memang tidak mau berurusan dengan dunia," kata Pagels. Terbongkarnya kasus pelecehan seksual dan penyiksaan di dalam gereja, menjadi pertanda bahwa sudah saatnya gereja mereformasi diri. Upaya gereja Katolik untuk lebih berintegrasi dengan kehidupan dunia modern seperti termaktub dalam dokumen Dewan Vatikan Kedua di awal tahun 1960-an perlu dilanjutkan. Dokumen itu secara terbuka menyinggung soal peran serta perempuan dalam gereja. Dalam kata penutup dokumen itu tertulis, "Saatnya sudah datang, dimana kaum perempuan dibutuhkan di dunia ini untuk memberikan pengaruh, dampak dan kekuatan seperti yang dicapai sekarang ini. Itulah sebabnya, pada masa kini ... kaum perempuan yang memiliki semangat Injil dapat melakukan banyak hal untuk mencegah runtuhnya kemanusiaan." Pada tahun 1988, Paus Paulus II menguraikan dalam suratnya "Mulieris Dignitatem (Martabat Perempuan)" tentang sentralitas kaum perempan pada gereja, meski enam tahun kemudian, Paus menegaskan bahwa gereja menolak untuk mempertimbangkan pentahbisan perempuan menjadi imam gereja.
"Buat Anda dan saya, hal ini sangat sulit dimengerti. Bagi kita, kelihatannya mereka sudah tidak sejalan dengan apa yang layaknya berlaku di dunia. Tapi, mereka memang tidak mau berurusan dengan dunia," kata Pagels.
Terbongkarnya kasus pelecehan seksual dan penyiksaan di dalam gereja, menjadi pertanda bahwa sudah saatnya gereja mereformasi diri. Upaya gereja Katolik untuk lebih berintegrasi dengan kehidupan dunia modern seperti termaktub dalam dokumen Dewan Vatikan Kedua di awal tahun 1960-an perlu dilanjutkan. Dokumen itu secara terbuka menyinggung soal peran serta perempuan dalam gereja.
Dalam kata penutup dokumen itu tertulis, "Saatnya sudah datang, dimana kaum perempuan dibutuhkan di dunia ini untuk memberikan pengaruh, dampak dan kekuatan seperti yang dicapai sekarang ini. Itulah sebabnya, pada masa kini ... kaum perempuan yang memiliki semangat Injil dapat melakukan banyak hal untuk mencegah runtuhnya kemanusiaan."
Pada tahun 1988, Paus Paulus II menguraikan dalam suratnya "Mulieris Dignitatem (Martabat Perempuan)" tentang sentralitas kaum perempan pada gereja, meski enam tahun kemudian, Paus menegaskan bahwa gereja menolak untuk mempertimbangkan pentahbisan perempuan menjadi imam gereja.