ErikaYPCERPEN FLOWER GIRL “Vani!” “Ya?” “Aku ingin berbicara sesuatu padamu.” “Benarkah? Ayo duduk dulu, Dahline.” “Vani, lusa aku sekeluarga akan pindah ke Amerika. Maaf tak memberitahumu kemarin. Aku baru sempat sekarang,” ujar Dahline padaku. “APA?! PINDAH?!” air mataku mulai menggenangi mata. “Sudah, jangan sedih. Aku akan memberimu sebuah kenang-kenangan. Aku harap, kamu akan menjaganya dengan baik, karena itu adalah bendaku yang paling berharga.” Aku mengangguk tanda setuju. “Ini,” Dahline menyodorkan sebuah pot yang sudah berisi bunga mawar yang sangat indah. “Tapi, aku kan tidak menyukai bunga, Dahline.” “Rawat saja ya. Aku yakin, kamu akan berubah menjadi pecinta bunga. Mau ya?” Aku mengangguk. “Baiklah…” “Terima kasih, Vani!” Dahline memelukku. Terpaksa, aku merawat bunga. Padahal aku sangat membenci bunga. Apalagi merawatnya. Tetapi, demi Dahline sahabatku, akan kulakukan semuanya untuknya. Termasuk menjaga dan merawat bunga ini.Hari demi hari berlalu, aku makin sayang terhadap bunga pemberian Dahline. Sampai-sampai, aku memberikan nama untuk bunga itu. Nama yang kuberikan adalah Valise. Artinya bunga mawar kepunyaan Vani dari Dahline. Sekarang, aku sangat mencintai bunga. Tetapi, aku pun rindu dengan Dahline. Apakah Dahline akan kembali?Tiba-tiba saja, ada telepon di handphone-ku. Dahline! Aku segera mengangkat telepon itu. “Hai, Dahline!” “Vaniiii!! I am so miss you!” “Ya, me too!” “Apa kabarmu, Vani? Sudah lama kita tak berjumpa.” “Aku baik. Kamu sendiri?” “Aku pun baik. Oh ya, besok aku akan kembali ke Indonesia, dan rumah yang kutinggali adalah rumahku dulu.” “Wah, benarkah? Aku sangat senang, Dahline!” “Iya. Yasudah ya, dadah!” “Bye!” Aku menutup telepon dengan rasa gembira. Dahline kembali! Dia pasti senang aku telah merawat Valise.Keesokan harinya, aku menghampiri Valise. Ternyata, Valise mati! Aku sangat sedih. Pasti Dahline akan marah besar. Tetapi, aku tetap akan menceritakannya.Pukul 11.00 Dahline kembali. “VANIIII!!!” “DAHLINEEE…!” Kami berpelukan cukup lama. “Vani? Mengapa kamu muram?” “Aku harus meminta maaf kepadamu, Dahline. Bunga mawar yang kamu berikan kepadaku, itu…, mati… aku sangat menyesal. Tetapi, kamu berhasil membuatku menjadi pecinta bunga. Lihatlah! Aku sekarang mempunyai banyak koleksi bunga. Dan, bunga mawar darimu yang paling berharga. Kusiram tiap sore, kuperhatikan, dan kurawat baik-baik. Tetapi, sekarang dia mati. Maafkan aku, Dahline… Aku sangat menyesal…” sesalku menunduk. Dahline meneluk bahuku. “Tak apa, Vani. Dan, aku tahu kamu pasti sudah berubah. Jadi, kamu kubawakan bunga Edelweis dan bunga Krisan. Kamu pasti senang. Rawat bunga ini baik-baik ya… Jangan sampai mati… hehehe….” “Pasti.” “Terima kasih, Dahline. Kau sahabat terbaikku.” “Ya, sama-sama Vani… Kau pun juga…” Kami berpelukkan dan perasaanku kini sangat gembira. Aku yakin, kami sapat bersahabat dengan baik selamanya… Dan, aku janji akan merawat bunga pemberian Dahline yang kedua kalinya ini dengan sangat baik. Dahline, thanks for everything… You change my world…
IneOktaviani
Hai! Namaku Suci Anggraeni disapa Suci. Aku sangat menggemari salah satu keajaiban dunia yaitu Menara Eiffle. Kebetulan, Ayahku baru saja pulang dari Paris, Perancis dan tidak lupa aku menitipkan satu barang yang sangat aku inginkan yaitu sebuah liontin dari Paris. Ayahku pulang membawa sebuah kotak kecil dan segera kubuka kotak kecil itu. Ternyata sebuah liontin yang bergambar menara Eiffle yang sangat cantik, dihiasi dengan permata. Aku loncat-loncat kegirangan dan segera memakai liontinnya. Esoknya, aku selalu memakai liontin itu dan membawanya ke sekolah. “Wahh, liontinmu cantik sekali!” Kata Novi temanku “Iya, terima kasih…” Kataku sambil senyumPulang sekolah, aku merasa gerah dan melepas baju sekolahku dan segera memakai daster yang tertutup. Tiba-tiba… “Tidaaaaaakkk!!” Teriak aku dengan keras Tiba-tiba liontinku hilang entah kemana. Dan aku segera mencarinya kemana-mana tetapi tidak ada. Astaga hatiku sangat cemas. Segera kutanya ibu dan kakak, tetapi mereka pun tidak tahu. Aku bergegas mengambil handponeku dan menelpon ke semua kontak yang ada di handpone ku, tetapi mereka tak mengetahuinya. Aku segera mengambil sweater ku keluar rumah. Aku mencarinya sampai di sekolahku dan bertemu dengan Pak satpam. Tanpa kusadari, aku tiba-tiba saja curhat kepada satpamku. Aneh bukan? Tapi satpamku hanya bisa berkata “Oh iya?”. Aku pun malah merengek dan menangis.Aku langsung pulang ke rumah karena rasanya aku sangat lapar. Tapi ibuku tidak memasak dan menyuruhku delievery makanan luar saja. Aku menelpon KFC dan memesan ayam. “Halo selamat siang, KFC dengan mencatat pesanan anda?” Kata petugasnya “Aku mau pesan paha 1 dan nasi 2.. Alamatnya di depan kompleks Permata Indah saja mbak, biar aku yang ambil pesanannya” Kataku “Oh iya dek, ada pesanan lagi?” Kata petugasnya kembali “Hmm.. sepertinya tidak ada, tapi mbak, mbak tahu tidak liontin saya? Tadi waktu pulang sekolah liontinku hilang” kataku sambil curhat “Hmm.. Maaf, saya tidak begitu mengetahuinya…” Kata petugasnya “Baiklah, segera antarkan pesanannya!” Kataku Aku langsung menutup teleponnya.Selama menunggu, aku terasa gerah dan rasanya ingin mandi sore! Tapi, aku juga sangat lapar. Setelah setengah jam, delievery pun sudah datang dan langsung saja aku membayarnya. Setelah makan, aku ke WC sebentar untuk cuci tangan dan melepas sweaterku. Dengan raut muka yang begitu cemberut, aku merasa begitu cemas. Setelah membuka sweater, aku mengibas-ibaskan bajuku dengan kipas. Hal yang aneh pun terjadi, kulihat tampak di cermin, aku telah memakai liontinku yang aku sebutin hilang!! Aku pun tertawa kecil sambil cermin. Ini adalah pengalaman yang sepele
“Vani!”
“Ya?”
“Aku ingin berbicara sesuatu padamu.”
“Benarkah? Ayo duduk dulu, Dahline.”
“Vani, lusa aku sekeluarga akan pindah ke Amerika. Maaf tak memberitahumu kemarin. Aku baru sempat sekarang,” ujar Dahline padaku.
“APA?! PINDAH?!” air mataku mulai menggenangi mata.
“Sudah, jangan sedih. Aku akan memberimu sebuah kenang-kenangan. Aku harap, kamu akan menjaganya dengan baik, karena itu adalah bendaku yang paling berharga.”
Aku mengangguk tanda setuju.
“Ini,” Dahline menyodorkan sebuah pot yang sudah berisi bunga mawar yang sangat indah.
“Tapi, aku kan tidak menyukai bunga, Dahline.”
“Rawat saja ya. Aku yakin, kamu akan berubah menjadi pecinta bunga. Mau ya?” Aku mengangguk.
“Baiklah…”
“Terima kasih, Vani!” Dahline memelukku.
Terpaksa, aku merawat bunga. Padahal aku sangat membenci bunga. Apalagi merawatnya. Tetapi, demi Dahline sahabatku, akan kulakukan semuanya untuknya. Termasuk menjaga dan merawat bunga ini.Hari demi hari berlalu, aku makin sayang terhadap bunga pemberian Dahline. Sampai-sampai, aku memberikan nama untuk bunga itu. Nama yang kuberikan adalah Valise. Artinya bunga mawar kepunyaan Vani dari Dahline. Sekarang, aku sangat mencintai bunga. Tetapi, aku pun rindu dengan Dahline. Apakah Dahline akan kembali?Tiba-tiba saja, ada telepon di handphone-ku. Dahline! Aku segera mengangkat telepon itu. “Hai, Dahline!”
“Vaniiii!! I am so miss you!”
“Ya, me too!”
“Apa kabarmu, Vani? Sudah lama kita tak berjumpa.”
“Aku baik. Kamu sendiri?”
“Aku pun baik. Oh ya, besok aku akan kembali ke Indonesia, dan rumah yang kutinggali adalah rumahku dulu.”
“Wah, benarkah? Aku sangat senang, Dahline!”
“Iya. Yasudah ya, dadah!”
“Bye!” Aku menutup telepon dengan rasa gembira.
Dahline kembali! Dia pasti senang aku telah merawat Valise.Keesokan harinya, aku menghampiri Valise. Ternyata, Valise mati! Aku sangat sedih. Pasti Dahline akan marah besar. Tetapi, aku tetap akan menceritakannya.Pukul 11.00 Dahline kembali.
“VANIIII!!!”
“DAHLINEEE…!” Kami berpelukan cukup lama.
“Vani? Mengapa kamu muram?”
“Aku harus meminta maaf kepadamu, Dahline. Bunga mawar yang kamu berikan kepadaku, itu…, mati… aku sangat menyesal. Tetapi, kamu berhasil membuatku menjadi pecinta bunga. Lihatlah! Aku sekarang mempunyai banyak koleksi bunga. Dan, bunga mawar darimu yang paling berharga. Kusiram tiap sore, kuperhatikan, dan kurawat baik-baik. Tetapi, sekarang dia mati. Maafkan aku, Dahline… Aku sangat menyesal…” sesalku menunduk.
Dahline meneluk bahuku. “Tak apa, Vani. Dan, aku tahu kamu pasti sudah berubah. Jadi, kamu kubawakan bunga Edelweis dan bunga Krisan. Kamu pasti senang. Rawat bunga ini baik-baik ya… Jangan sampai mati… hehehe….”
“Pasti.”
“Terima kasih, Dahline. Kau sahabat terbaikku.”
“Ya, sama-sama Vani… Kau pun juga…”
Kami berpelukkan dan perasaanku kini sangat gembira. Aku yakin, kami sapat bersahabat dengan baik selamanya… Dan, aku janji akan merawat bunga pemberian Dahline yang kedua kalinya ini dengan sangat baik. Dahline, thanks for everything… You change my world…
“Wahh, liontinmu cantik sekali!” Kata Novi temanku
“Iya, terima kasih…” Kataku sambil senyumPulang sekolah, aku merasa gerah dan melepas baju sekolahku dan segera memakai daster yang tertutup. Tiba-tiba…
“Tidaaaaaakkk!!” Teriak aku dengan keras
Tiba-tiba liontinku hilang entah kemana. Dan aku segera mencarinya kemana-mana tetapi tidak ada. Astaga hatiku sangat cemas. Segera kutanya ibu dan kakak, tetapi mereka pun tidak tahu. Aku bergegas mengambil handponeku dan menelpon ke semua kontak yang ada di handpone ku, tetapi mereka tak mengetahuinya. Aku segera mengambil sweater ku keluar rumah. Aku mencarinya sampai di sekolahku dan bertemu dengan Pak satpam. Tanpa kusadari, aku tiba-tiba saja curhat kepada satpamku. Aneh bukan? Tapi satpamku hanya bisa berkata “Oh iya?”. Aku pun malah merengek dan menangis.Aku langsung pulang ke rumah karena rasanya aku sangat lapar. Tapi ibuku tidak memasak dan menyuruhku delievery makanan luar saja. Aku menelpon KFC dan memesan ayam.
“Halo selamat siang, KFC dengan mencatat pesanan anda?” Kata petugasnya
“Aku mau pesan paha 1 dan nasi 2.. Alamatnya di depan kompleks Permata Indah saja mbak, biar aku yang ambil pesanannya” Kataku
“Oh iya dek, ada pesanan lagi?” Kata petugasnya kembali
“Hmm.. sepertinya tidak ada, tapi mbak, mbak tahu tidak liontin saya? Tadi waktu pulang sekolah liontinku hilang” kataku sambil curhat
“Hmm.. Maaf, saya tidak begitu mengetahuinya…” Kata petugasnya
“Baiklah, segera antarkan pesanannya!” Kataku
Aku langsung menutup teleponnya.Selama menunggu, aku terasa gerah dan rasanya ingin mandi sore! Tapi, aku juga sangat lapar.
Setelah setengah jam, delievery pun sudah datang dan langsung saja aku membayarnya.
Setelah makan, aku ke WC sebentar untuk cuci tangan dan melepas sweaterku. Dengan raut muka yang begitu cemberut, aku merasa begitu cemas. Setelah membuka sweater, aku mengibas-ibaskan bajuku dengan kipas. Hal yang aneh pun terjadi, kulihat tampak di cermin, aku telah memakai liontinku yang aku sebutin hilang!! Aku pun tertawa kecil sambil cermin. Ini adalah pengalaman yang sepele