dheriHasil peninggalan dari masa berburu dan mengumpulkan makanan, antara lain: Kapak Genggam/ Kapak Perimbas Kapak genggam merupakan kapak yang terbuat dari batu yang belum diasah sama sekali cara penggunanannya dengan cara digenggam. Kapak ini digunakan untuk menggemburkan tanah atau mencari umbi-umbian. Kapak genggam termasuk ke dalam kebudayaan Pacitan dengan manusia pendukungnya yakni Pithecanthropus Erectus yang fosilnya ditemukan Eugene Dubois di Ngawi selain itu juga terdapat manusia purba lain yakni Meganthropus Paeojavanicus yang ditemukan di Sangiran, Sragen. Dari penemuan beberapa manusia purba yang ada menunjukan lembah sungai Bengawan Solo merupakan tanah yang subur dan cocok sebagai tempat tingga. Kapak genggam banyak ditemukan di Pacitan (Jawa Timur), Sukabumi dan Ciamis (Jawa Barat), Parigi dan Gombong (Jawa Tengah), Bengkulu, Lahat (Sumatera Selatan), Flores dan Timor. Kapak Penetak Kapak Penetak dibuat dari fosil kayu. Kapak penetak memiliki bentuk dengan kapak genggam akan tetapi ukurannya lebih besar. Kapak penetak berfungsi untuk membelah kayu, bambu atau disesuaikan dengan kebutuhan manusia. Kapak jenis ini hampir ditemukan diseluruh wilayah Indonesia. Alat Serpih Alat serpih atau flakes merupakan batu pecahan sisa pembuatan kapak genggam yang dibentuk menjadi tajam. Alat serpih digunakan untuk menguliti binatang buruan, mengiris daging dan memotong umbi-umbian. Kegunaan alat serpih seperti fungsi pisau pada masa sekarang ini. Tempat ditemukannya alat serpih antara lain, di Punung (Pacitan Jawa Timur), Sangiran, Ngandong (lembah sungai Bengawan Solo), Lahat, Cabbenge dan Mengerunda (Flores NTT). Alat-alat dari Tulang Bone culture atau alat-alat dari tulang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Ngandong. Manusia pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakkensis. Kebudayaan Ngandong sendiri ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1941. Alat-alat dari tulang digunakan untuk penusuk hewan buruan, penggali umbi dan penombak ikan. Alat-alat dari tulang banyak ditemukan di Gunung Kendeng, Bojonegoro.
Kapak Genggam/ Kapak Perimbas
Kapak genggam merupakan kapak yang terbuat dari batu yang belum diasah sama sekali cara penggunanannya dengan cara digenggam. Kapak ini digunakan untuk menggemburkan tanah atau mencari umbi-umbian. Kapak genggam termasuk ke dalam kebudayaan Pacitan dengan manusia pendukungnya yakni Pithecanthropus Erectus yang fosilnya ditemukan Eugene Dubois di Ngawi selain itu juga terdapat manusia purba lain yakni Meganthropus Paeojavanicus yang ditemukan di Sangiran, Sragen. Dari penemuan beberapa manusia purba yang ada menunjukan lembah sungai Bengawan Solo merupakan tanah yang subur dan cocok sebagai tempat tingga. Kapak genggam banyak ditemukan di Pacitan (Jawa Timur), Sukabumi dan Ciamis (Jawa Barat), Parigi dan Gombong (Jawa Tengah), Bengkulu, Lahat (Sumatera Selatan), Flores dan Timor.
Kapak Penetak
Kapak Penetak dibuat dari fosil kayu. Kapak penetak memiliki bentuk dengan kapak genggam akan tetapi ukurannya lebih besar. Kapak penetak berfungsi untuk membelah kayu, bambu atau disesuaikan dengan kebutuhan manusia. Kapak jenis ini hampir ditemukan diseluruh wilayah Indonesia.
Alat Serpih
Alat serpih atau flakes merupakan batu pecahan sisa pembuatan kapak genggam yang dibentuk menjadi tajam. Alat serpih digunakan untuk menguliti binatang buruan, mengiris daging dan memotong umbi-umbian. Kegunaan alat serpih seperti fungsi pisau pada masa sekarang ini. Tempat ditemukannya alat serpih antara lain, di Punung (Pacitan Jawa Timur), Sangiran, Ngandong (lembah sungai Bengawan Solo), Lahat, Cabbenge dan Mengerunda (Flores NTT).
Alat-alat dari Tulang
Bone culture atau alat-alat dari tulang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Ngandong. Manusia pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakkensis. Kebudayaan Ngandong sendiri ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1941. Alat-alat dari tulang digunakan untuk penusuk hewan buruan, penggali umbi dan penombak ikan. Alat-alat dari tulang banyak ditemukan di Gunung Kendeng, Bojonegoro.