Bantu lagi kak ini yang terakhir. Nanti kujadikan jawaban terbaik.
Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui jalan diplomasi diadakan Perjanjian Linggarjati yang berlangsung pada tanggal 15 November 1946 di Linggarjati, Cirebon. Dalam perundingan tersebut, Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir, sedangkan Belanda diwakili oleh Prof. Schermerhom, hadir pula Lord Killearn sebagai penengah dari Inggris. Jelaskan mengapa Perjanjian Linggajati Indonesia mengalami kerugian dan berikan contoh kerugiannya!
amir7026
Kerugianya adalah Belanda hanya mengakui Sumatra,.madura,dan jawa sebagai daerah kekuasaan indonesia dan belanda dan indonesia akan bekerja sama membentuk negara indonesia serikat
1 votes Thanks 2
Kaguyas
Terus mengapa perjanjian linggarjati indonesia mengalami kerugian.?
amir7026
karena belanda hanya mengakui sumatra jawa dan madura sebagai wilayah indonesia
Kaguyas
Makasih ya nanti kujadikan jawaban terbaik.
Perjanjian Linggarjati sangat merugikan Indonesia. Wilayah Indonesia menjadi sempit dan menunjukan Indonesia menjadi negara yang lemah. Diplomasi yang dilakukan menurut kelompok oposisi hanya karena alasan pemerintah sangsi atas kemampuan rakyat bersenjata sebagai intinya. Persatuan Perjuangan dibentuk sebagai gabungan sejumlah partai politik maupun golongan lain sejak Januari 1942, mereka adalah kelompok yang berjuang dengan kekuatan. Pemimpin kelompok ini, Tan Malaka beranggapan bahwa berunding dengan Pemerintahan Belanda tidak ada gunanya dan hanya akan merugikan Republik saja, tuntutan Merdeka 100% serta slogan-slogan “merdeka atau mati” menjadi tujuan perjuangan revolusioner. Kenyataannya janji-janji yang diberikan pihak asing tidak dapat dipercaya benar.
Perjanjian Linggarjati sangat merugikan Indonesia. Wilayah Indonesia menjadi sempit dan menunjukan Indonesia menjadi negara yang lemah. Diplomasi yang dilakukan menurut kelompok oposisi hanya karena alasan pemerintah sangsi atas kemampuan rakyat bersenjata sebagai intinya. Persatuan Perjuangan dibentuk sebagai gabungan sejumlah partai politik maupun golongan lain sejak Januari 1942, mereka adalah kelompok yang berjuang dengan kekuatan. Pemimpin kelompok ini, Tan Malaka beranggapan bahwa berunding dengan Pemerintahan Belanda tidak ada gunanya dan hanya akan merugikan Republik saja, tuntutan Merdeka 100% serta slogan-slogan “merdeka atau mati” menjadi tujuan perjuangan revolusioner. Kenyataannya janji-janji yang diberikan pihak asing tidak dapat dipercaya benar.