Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran tentara dan milisi pro-kemerdekaan Indonesia dan tentara Britania Raya dan India Britania. Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.[2] Usai pertempuran ini, dukungan rakyat Indonesia dan dunia internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia semakin kuat. 10 November diperingati setiap tahun sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.
Pertempuran Surabaya
Bagian dari Revolusi Nasional Indonesia
IWM-SE-5865-tank-Surabaya-19451127.jpg
Tentara India Britania menembaki penembak runduk Indonesia di balik tank Indonesia dalam pertempuran di Surabaya, November 1945.
Tanggal 27 Oktober – 20 November 1945
(3 minggu dan 3 hari)
Lokasi Surabaya, Indonesia
Hasil
Britania menang secara militer/taktis.
Indonesia menang secara strategis, politik, dan psikologis.
Britania perlahan berhenti membantu Belanda mendirikan kembali koloninya di Indonesia dan menjadi netral.
Britania kemudian mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Perubahan
wilayah Militer Britania berhasil menduduki Surabaya; Seluruh pasukan ditarik dari Surabaya pada November 1946.
Pihak terlibat
Indonesia
PETA (sisa-sisa)
Britania Raya
India Britania
Tokoh dan pemimpin
Sutomo
Moestopo
HR Muhammad
Soengkono
A.W.S. Mallaby †
Robert Mansergh
Kekuatan
20.000 tentara infanteri (rata-rata mantan perwira dan prajurit PETA)
100.000 personel milisi (rata-rata anggota Pemuda Rakyat)[1]
30.000 (terbanyak)[1]
dengan bantuan tank, pesawat, dan kapal perang
Korban
6.000[2]–16.000[1] tewas; lebih dari 20.000 luka-luka
600[3][halaman dibutuhkan]–2.000[1] tewas; lebih dari 2.000 luka-luka
Ketika pasukan Sekutu mendarat pada akhir Oktober 1945, Surabaya digambarkan sebagai "benteng bersatu yang kuat [di bawah Pemuda]".[4] Pertempuran pecah pada 30 Oktober setelah komandan pasukan Britania, Brigadir A. W. S. Mallaby tewas dalam baku tembak.[4] Britania melakukan serangan balasan punitif pada 10 November dengan bantuan pesawat tempur. Pasukan kolonial merebut sebagian besar kota dalam tiga hari, pasukan Republik yang minim senjata melawan selama tiga minggu, dan ribuan orang meninggal dunia ketika penduduk kota mengungsi ke pedesaan.
Meskipun kalah dan kehilangan anggota dan persenjataan, pertempuran yang dilancarkan pasukan Republik membangkitkan semangat bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaannya dan menarik perhatian internasional. Belanda tidak lagi memandang Republik sebagai kumpulan pengacau tanpa dukungan rakyat. Pertempuran ini juga meyakinkan Britania untuk mengambil sikap netral dalam revolusi nasional Indonesia; beberapa tahun kemudian, Britania mendukung perjuangan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Penjelasan:
Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran tentara dan milisi pro-kemerdekaan Indonesia dan tentara Britania Raya dan India Britania. Puncaknya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.[2] Usai pertempuran ini, dukungan rakyat Indonesia dan dunia internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia semakin kuat. 10 November diperingati setiap tahun sebagai Hari Pahlawan di Indonesia.
Pertempuran Surabaya
Bagian dari Revolusi Nasional Indonesia
IWM-SE-5865-tank-Surabaya-19451127.jpg
Tentara India Britania menembaki penembak runduk Indonesia di balik tank Indonesia dalam pertempuran di Surabaya, November 1945.
Tanggal 27 Oktober – 20 November 1945
(3 minggu dan 3 hari)
Lokasi Surabaya, Indonesia
Hasil
Britania menang secara militer/taktis.
Indonesia menang secara strategis, politik, dan psikologis.
Britania perlahan berhenti membantu Belanda mendirikan kembali koloninya di Indonesia dan menjadi netral.
Britania kemudian mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Perubahan
wilayah Militer Britania berhasil menduduki Surabaya; Seluruh pasukan ditarik dari Surabaya pada November 1946.
Pihak terlibat
Indonesia
PETA (sisa-sisa)
Britania Raya
India Britania
Tokoh dan pemimpin
Sutomo
Moestopo
HR Muhammad
Soengkono
A.W.S. Mallaby †
Robert Mansergh
Kekuatan
20.000 tentara infanteri (rata-rata mantan perwira dan prajurit PETA)
100.000 personel milisi (rata-rata anggota Pemuda Rakyat)[1]
30.000 (terbanyak)[1]
dengan bantuan tank, pesawat, dan kapal perang
Korban
6.000[2]–16.000[1] tewas; lebih dari 20.000 luka-luka
600[3][halaman dibutuhkan]–2.000[1] tewas; lebih dari 2.000 luka-luka
Ketika pasukan Sekutu mendarat pada akhir Oktober 1945, Surabaya digambarkan sebagai "benteng bersatu yang kuat [di bawah Pemuda]".[4] Pertempuran pecah pada 30 Oktober setelah komandan pasukan Britania, Brigadir A. W. S. Mallaby tewas dalam baku tembak.[4] Britania melakukan serangan balasan punitif pada 10 November dengan bantuan pesawat tempur. Pasukan kolonial merebut sebagian besar kota dalam tiga hari, pasukan Republik yang minim senjata melawan selama tiga minggu, dan ribuan orang meninggal dunia ketika penduduk kota mengungsi ke pedesaan.
Meskipun kalah dan kehilangan anggota dan persenjataan, pertempuran yang dilancarkan pasukan Republik membangkitkan semangat bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaannya dan menarik perhatian internasional. Belanda tidak lagi memandang Republik sebagai kumpulan pengacau tanpa dukungan rakyat. Pertempuran ini juga meyakinkan Britania untuk mengambil sikap netral dalam revolusi nasional Indonesia; beberapa tahun kemudian, Britania mendukung perjuangan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa.