ilukman
Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh si pengarang kawih. Jika dilihat dari temanya, tema dari kawih Sabilulungan adalah saling tolong menolong atau gotong royong. Lagu Sunda yang berjudul Sabilulungan termasuk dalam jenis lagu Sunda yang disebut kawih. Dilihat dari sejarahnya, kawih dibagi dalam tiga waktu atau masa, yaitu yang disebut kawih buhun atau tradisional, kawih jaman Jepang dan kawih baru atau kawih jaman sekarang. Dalam lagu Sunda, ada beberapa jenis lagu Sunda, yaitu yang disebut kawih, kakawihan dan tembang.
Jika dilihat dari lirik atau syairnya, kawih dan kakawihan merupakan karya sastra bentuk puisi yang tidak begitu terikat olah aturan. Sedangkan tembang merupakan karya sastra bentuk puisi yang terikat oleh aturan, yaitu aturan pupuh. Aturan yang ada dalam pupuh disebut "guru lagu" dan "guru wilangan". Dalam pupuh terdapat 17 jenis aturan atau patokan yang terbagi menjadi dua kelompok yang disebut Sekar Ageung dan Sekar Alit.
Jadi, jika dalam tembang ada aturan yang mengikat, yaitu aturan pupuh, dalam kawih tidak ada aturan seperti aturan pupuh yang disebut guru lagu dan guru wilangan. Meskipun kawih tidak terikat oleh guru lagu dan guru wilangan, di dalam lirik kawih terdapat beberapa unsur yang bisa digunakan untuk menganalisa atau mengapresiasi isi lirik kawih. Unsur yang ada dalam lirik kawih adalah unsur tema, nada dan suasana, rasa dan amanat.
Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh si pengarang kawih. Nada dan suasana adalah sikap dari pengarang terhadap kawih yang dibuatnya yang terasa oleh yang mendengarkan atau yang membaca kawih. Rasa adalah tentang hal-hal yang menjiwai isi kawih. Rasa menggambarkan sikap yang membawakan kawih terhadap pokok persoalan yang ada dalam rumpaka kawih. Oleh sebab itu rasa kawih akan terlihat jika kawih tersebut dinyanyikan. Amanat adalah maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang kawih.
Jika dilihat dari lirik atau syairnya, kawih dan kakawihan merupakan karya sastra bentuk puisi yang tidak begitu terikat olah aturan. Sedangkan tembang merupakan karya sastra bentuk puisi yang terikat oleh aturan, yaitu aturan pupuh. Aturan yang ada dalam pupuh disebut "guru lagu" dan "guru wilangan". Dalam pupuh terdapat 17 jenis aturan atau patokan yang terbagi menjadi dua kelompok yang disebut Sekar Ageung dan Sekar Alit.
Jadi, jika dalam tembang ada aturan yang mengikat, yaitu aturan pupuh, dalam kawih tidak ada aturan seperti aturan pupuh yang disebut guru lagu dan guru wilangan. Meskipun kawih tidak terikat oleh guru lagu dan guru wilangan, di dalam lirik kawih terdapat beberapa unsur yang bisa digunakan untuk menganalisa atau mengapresiasi isi lirik kawih. Unsur yang ada dalam lirik kawih adalah unsur tema, nada dan suasana, rasa dan amanat.
Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh si pengarang kawih. Nada dan suasana adalah sikap dari pengarang terhadap kawih yang dibuatnya yang terasa oleh yang mendengarkan atau yang membaca kawih. Rasa adalah tentang hal-hal yang menjiwai isi kawih. Rasa menggambarkan sikap yang membawakan kawih terhadap pokok persoalan yang ada dalam rumpaka kawih. Oleh sebab itu rasa kawih akan terlihat jika kawih tersebut dinyanyikan. Amanat adalah maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang kawih.