Apa pokok perbedaan pendapat di kalangan aktivis dan tokoh pergerakan nasional pasca-kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik? Bagaimanakah perbedaan pendapat itu diselesaikan?
Plis jawabannya ^_^ Poin berlimpah
Mamanosz
Kelas: xi pelajaran: sejarah kategori: opti kata kunci: proklamasi, golongan tua, golongan muda
Jawaban: Pokok perbedaan pendapat antara aktivis/tokoh seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah terkait kapan, dimana serta cara untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Penjabaran: Dalam peristiwa seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan kekalahan Jepang dalam perang Pasifik (Perang Dunia II) para aktivis/tokoh pergerakan nasional terbagi kedalam dua kubu, di satu pihak golongan tua (senior) yang terdiri dari Seokarno, Hatta, Soebardjo dll. dan golongan muda yang terdiri dari Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh dll. Golongan Muda memiliki pendapat bahwa proklamasi harus segera dilakukan (mereka menuntut soekarno dan hatta melakukannya pada 16 Agustus 1945). Sedangkan Golongan Tua beranggapan sebaliknya, bahwa proklamasi harus dipertimbangkan secara matang dan harus meminta persetujuan dari pihak Jepang dan PPKI. Pendapat demikian membuat Golongan Muda berang, sebab mereka menganggapbahwa PPKI merupakan boneka Jepang. Kalau proklamasi menunggu persetujuan PPKI dan restu pemerintahan Jepang, maka sama saja kemerdekaan tersebut merupakan hadiah dari Jepang dan bukan merupakan usaha sendiri. Golongan tua yang lebih berhati-hati dan cermat tidak ingan bertindak gegabah. Yang dipentingkan dari suatu tujuan proklamasi adalah kestabilan nasional. Sebab bila tidak dipertimbangkan dengan matang, maka bukan hanya reaksi dari pemerintahan Jepang, namun juga reaksi dari pemerintahan Belanda yang masih menganggap Indonesia koloninya. Terjadi perdebatan sengit di kediaman pribadi soekarno antara soekarno-hatta di satu pihak dan wikana-darwis di pihak yang lain. Lantas bagaimana penyelesaiannya? Golongan muda tak berani melakukan proklamasi tanpa persetujuan soekarno-hatta, namun mereka juga tak ingin menunggu situasi tersebut berlarut. Sementara itu perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua tak menemukan titik temua. Maka pada malam 16 Agustus 1945, golongan muda (dikenal sebagai Kelompok Menteng 31) yang dipimpin oleh Soekarni memutuskan untuk membawa Soekarno-Hatta ke Garnisun Peta di Rengasdengklok. Maka keesokan harinya, yakni 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Proklamasi dilaksanakan di kediaman Soekarno, dengan pertimbangan faktor kestabilan nasional. Hal itu berbeda dengan permintaan Soekarni yang menginginkan proklasmi dilakukan di lapangan IKADA atau dikenal juga dengan nama lapangan Banteng.
pelajaran: sejarah
kategori: opti
kata kunci: proklamasi, golongan tua, golongan muda
Jawaban:
Pokok perbedaan pendapat antara aktivis/tokoh seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah terkait kapan, dimana serta cara untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Penjabaran:
Dalam peristiwa seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan kekalahan Jepang dalam perang Pasifik (Perang Dunia II) para aktivis/tokoh pergerakan nasional terbagi kedalam dua kubu, di satu pihak golongan tua (senior) yang terdiri dari Seokarno, Hatta, Soebardjo dll. dan golongan muda yang terdiri dari Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh dll.
Golongan Muda memiliki pendapat bahwa proklamasi harus segera dilakukan (mereka menuntut soekarno dan hatta melakukannya pada 16 Agustus 1945). Sedangkan Golongan Tua beranggapan sebaliknya, bahwa proklamasi harus dipertimbangkan secara matang dan harus meminta persetujuan dari pihak Jepang dan PPKI.
Pendapat demikian membuat Golongan Muda berang, sebab mereka menganggapbahwa PPKI merupakan boneka Jepang. Kalau proklamasi menunggu persetujuan PPKI dan restu pemerintahan Jepang, maka sama saja kemerdekaan tersebut merupakan hadiah dari Jepang dan bukan merupakan usaha sendiri.
Golongan tua yang lebih berhati-hati dan cermat tidak ingan bertindak gegabah. Yang dipentingkan dari suatu tujuan proklamasi adalah kestabilan nasional. Sebab bila tidak dipertimbangkan dengan matang, maka bukan hanya reaksi dari pemerintahan Jepang, namun juga reaksi dari pemerintahan Belanda yang masih menganggap Indonesia koloninya.
Terjadi perdebatan sengit di kediaman pribadi soekarno antara soekarno-hatta di satu pihak dan wikana-darwis di pihak yang lain.
Lantas bagaimana penyelesaiannya? Golongan muda tak berani melakukan proklamasi tanpa persetujuan soekarno-hatta, namun mereka juga tak ingin menunggu situasi tersebut berlarut. Sementara itu perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua tak menemukan titik temua. Maka pada malam 16 Agustus 1945, golongan muda (dikenal sebagai Kelompok Menteng 31) yang dipimpin oleh Soekarni memutuskan untuk membawa Soekarno-Hatta ke Garnisun Peta di Rengasdengklok. Maka keesokan harinya, yakni 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Proklamasi dilaksanakan di kediaman Soekarno, dengan pertimbangan faktor kestabilan nasional. Hal itu berbeda dengan permintaan Soekarni yang menginginkan proklasmi dilakukan di lapangan IKADA atau dikenal juga dengan nama lapangan Banteng.