Raditya656
Berikut beberapa ritual keupacaraan dan adat istiadat dari daerah Makassar :
ACCERA KALOMPONG
Accera Kalompoang merupakan upacara adat untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla Lompoa. Inti dari upacara ini adalah allangiri kalompoang, yaitu pembersihan dan penimbangan salokoa (mahkota) yang dibuat pada abad ke-14. Mahkota ini pertama kali dipakai oleh Raja Gowa, I Tumanurunga, yang kemudian disimbolkan dalam pelantikan Raja- Raja Gowa berikutnya. Pencucian benda-benda kerajaan tersebut menggunakan air suci yang diawali dengan pembacaan surat Al-Fatihah secara bersama-sama oleh para peserta upacara yang dipimpin oleh seorang Anrong Gurua (Guru Besar). Khusus untuk senjata-senjata pusaka seperti keris, parang dan mata tombak, pencuciannya diperlakukan secara khusus, yakni digosok dengan minyak wangi, rautan bambu, dan jeruk nipis. Pelaksanaan upacara ini tidak hanya disaksikan oleh para keturunan Raja-Raja Gowa, tetapi juga oleh masyarakat umum dengan syarat harus berpakaian adat Makassar pada saat acara
Accera Kalompoang merupakan upacara adat untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla Lompoa. Inti dari upacara ini adalah allangiri kalompoang, yaitu pembersihan dan penimbangan salokoa (mahkota) yang dibuat pada abad ke-14. Mahkota ini pertama kali dipakai oleh Raja Gowa, I Tumanurunga, yang kemudian disimbolkan dalam pelantikan Raja- Raja Gowa berikutnya.
MAPPALILI
Mappalili adalah upacara mengawali musim tanam padi di sawah. Ritual ini dijalankan oleh para pendeta Bugis Kuno yang dikenal dengan sebutan bissu. Selain di Pangkep, komunitas bissu ada di Bone, Soppeng, dan Wajo. Ritual dipimpin langsung Seorang Bissu Puang Matoa.
Adat Perkawinan
Tata cara upacara adat Makassar dalam acara perkawinan memiliki beberapa proses atau tahapan upacara adat, antara lain:
A’jangang-jangang (Ma’manu’-manu’).A’suro (Massuro) atau melamar.A’pa’nassar (Patenreada’) atau menentukan hari.A’panaiLeko’ Lompo (erang-erang) atau sirih pinang.A’barumbung (Mappesau) atau mandi uap, dilakukan selama 3 (tiga) hari.Appassili bunting (Cemmemappepaccing) atau siraman dan A’bubbu’ ( mencukur rambut halus dari calon mempelai).Akkorontigi (Mappacci) atau malam pacar.Assimorong atau akadnikah.Allekka’ bunting (Marolla) atau mundumantu.Appa’bajikang bunting atau menyatukan kedua mempelai.
Adat Kelahiran
Upacara Daur Hidup (Inisiasi)
Masa kehamilan utamanya pada kehamilan pertama pada suatu keluarga merupakan suatu waktu yang penuh perhatian keluarga kedua belah pihak.
Adat Kematian
Upacara Adat Kematian (Ammateang) dalam adat Bugis Makassar merupakan upacara yang dilaksanakan masyarakat Bugis Makasar saat ada seseorang dalam suatu kampung meninggal, maka keluarga, kerabat dekat maupun kerabat jauh, juga masyarakat sekitar lingkungan rumah orang yang meninggal itu berbondong – bondong menjenguknya. Pelayat yang hadir biasanya membawa sidekka (Sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan) berupa barang atau kebutuhan untuk mengurus mayat. Mayat belum mulai diurus seperti dimandikan sebelum semua anggota terdekatnya hadir. Nanti keluarga terdekatnya hadir semua, barulah mayat dimandikan, yang umumnya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memang biasa memandikan mayat atau oleh anggota kelurganya sendiri.
ACCERA KALOMPONG
Accera Kalompoang merupakan upacara adat untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla Lompoa. Inti dari upacara ini adalah allangiri kalompoang, yaitu pembersihan dan penimbangan salokoa (mahkota) yang dibuat pada abad ke-14. Mahkota ini pertama kali dipakai oleh Raja Gowa, I Tumanurunga, yang kemudian disimbolkan dalam pelantikan Raja- Raja Gowa berikutnya. Pencucian benda-benda kerajaan tersebut menggunakan air suci yang diawali dengan pembacaan surat Al-Fatihah secara bersama-sama oleh para peserta upacara yang dipimpin oleh seorang Anrong Gurua (Guru Besar). Khusus untuk senjata-senjata pusaka seperti keris, parang dan mata tombak, pencuciannya diperlakukan secara khusus, yakni digosok dengan minyak wangi, rautan bambu, dan jeruk nipis. Pelaksanaan upacara ini tidak hanya disaksikan oleh para keturunan Raja-Raja Gowa, tetapi juga oleh masyarakat umum dengan syarat harus berpakaian adat Makassar pada saat acara
ACCERA KALOMPONG
Accera Kalompoang merupakan upacara adat untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla Lompoa. Inti dari upacara ini adalah allangiri kalompoang, yaitu pembersihan dan penimbangan salokoa (mahkota) yang dibuat pada abad ke-14. Mahkota ini pertama kali dipakai oleh Raja Gowa, I Tumanurunga, yang kemudian disimbolkan dalam pelantikan Raja- Raja Gowa berikutnya.
MAPPALILI
Mappalili adalah upacara mengawali musim tanam padi di sawah. Ritual ini dijalankan oleh para pendeta Bugis Kuno yang dikenal dengan sebutan bissu. Selain di Pangkep, komunitas bissu ada di Bone, Soppeng, dan Wajo. Ritual dipimpin langsung Seorang Bissu Puang Matoa.
Adat Perkawinan
Tata cara upacara adat Makassar dalam acara perkawinan memiliki beberapa proses atau tahapan upacara adat, antara lain:
A’jangang-jangang (Ma’manu’-manu’).A’suro (Massuro) atau melamar.A’pa’nassar (Patenreada’) atau menentukan hari.A’panaiLeko’ Lompo (erang-erang) atau sirih pinang.A’barumbung (Mappesau) atau mandi uap, dilakukan selama 3 (tiga) hari.Appassili bunting (Cemmemappepaccing) atau siraman dan A’bubbu’ ( mencukur rambut halus dari calon mempelai).Akkorontigi (Mappacci) atau malam pacar.Assimorong atau akadnikah.Allekka’ bunting (Marolla) atau mundumantu.Appa’bajikang bunting atau menyatukan kedua mempelai.
Adat Kelahiran
Upacara Daur Hidup (Inisiasi)
Masa kehamilan utamanya pada kehamilan pertama pada suatu keluarga merupakan suatu waktu yang penuh perhatian keluarga kedua belah pihak.
Adat Kematian
Upacara Adat Kematian (Ammateang) dalam adat Bugis Makassar merupakan upacara yang dilaksanakan masyarakat Bugis Makasar saat ada seseorang dalam suatu kampung meninggal, maka keluarga, kerabat dekat maupun kerabat jauh, juga masyarakat sekitar lingkungan rumah orang yang meninggal itu berbondong – bondong menjenguknya. Pelayat yang hadir biasanya membawa sidekka (Sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan) berupa barang atau kebutuhan untuk mengurus mayat. Mayat belum mulai diurus seperti dimandikan sebelum semua anggota terdekatnya hadir. Nanti keluarga terdekatnya hadir semua, barulah mayat dimandikan, yang umumnya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memang biasa memandikan mayat atau oleh anggota kelurganya sendiri.