Ada yang bisa bikin sajak sunda tentan kaendahan alam di bulan purnama gak?
ilukman
Sajak adalah karya sastra bentuk puisi yang tidak begitu terikat oleh aturan. Begitu juga dalam sastra Sunda, sajak adalah bentuk puisi yang tidak terikat oleh aturan yang dikenal dengan istilah "guru lagu" dan "guru wilangan". Pada awal kemuculannya dalam sastra Sunda, terdapat kalangan yang pro dan kontra terhadap sajak.
Yang kontra terhadap sajak berpendapat bahwa sajak tidak seperti puisi Sunda yang sudah ada sebelumnya. Puisi Sunda yang sudah ada sebelumnya pada umumnya terikat oleh guru lagu dan guru wilangan, sehingga yang kontra berpendapat bahwa sajak tidak pantas untuk masuk ke dalam sastra Sunda. Padahal dalam sastra Sunda pun sebelumnya sudah ada bentuk puisi yang tidak terikat oleh aturan, seperti kawih dan kakawihan.
Tetapi pada akhirnya, sajak pun dapat diterima dan berkembang dengan baik dalam sastra Sunda. Dengan diterimanya sajak sebagai bagian dari sastra Sunda, maka semakin banyak jenis puisi yang ada dalam sastra Sunda. Jika dilihat dari isinya, puisi Sunda dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu puisi yang berbentuk cerita dan puisi yang tidak berbentuk cerita.
Contoh puisi Sunda yang berbentuk cerita adalah seperti wawacan dan carita pantun, Sedangkan contoh puisi Sunda yang tidak berbentuk cerita adalah seperti sisindiran, mantra, guguritan, kawih dan kakawihan. Karena sajak bentuknya mirip seperti kawih dan kakawihan, maka sajak dapat dikategorikan sebagai puisi yang tidak berbentuk cerita. Di bawah ini adalah contoh sajak Sunda yang isinya tentang "kaendahan alam di bulan purnama" :
Endahna Bulan Purnama
Cahaya bulan purnama nembus lalaunan tapi pasti nyaangan rasa gumbira gumbira anu pinuh ku harti
Endahna bulan purnama nembus nepika nguriling ati kuring gumbira kacida isuk rek panggih kakasih ati
Yang kontra terhadap sajak berpendapat bahwa sajak tidak seperti puisi Sunda yang sudah ada sebelumnya. Puisi Sunda yang sudah ada sebelumnya pada umumnya terikat oleh guru lagu dan guru wilangan, sehingga yang kontra berpendapat bahwa sajak tidak pantas untuk masuk ke dalam sastra Sunda. Padahal dalam sastra Sunda pun sebelumnya sudah ada bentuk puisi yang tidak terikat oleh aturan, seperti kawih dan kakawihan.
Tetapi pada akhirnya, sajak pun dapat diterima dan berkembang dengan baik dalam sastra Sunda. Dengan diterimanya sajak sebagai bagian dari sastra Sunda, maka semakin banyak jenis puisi yang ada dalam sastra Sunda. Jika dilihat dari isinya, puisi Sunda dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu puisi yang berbentuk cerita dan puisi yang tidak berbentuk cerita.
Contoh puisi Sunda yang berbentuk cerita adalah seperti wawacan dan carita pantun, Sedangkan contoh puisi Sunda yang tidak berbentuk cerita adalah seperti sisindiran, mantra, guguritan, kawih dan kakawihan. Karena sajak bentuknya mirip seperti kawih dan kakawihan, maka sajak dapat dikategorikan sebagai puisi yang tidak berbentuk cerita. Di bawah ini adalah contoh sajak Sunda yang isinya tentang "kaendahan alam di bulan purnama" :
Endahna Bulan Purnama
Cahaya bulan purnama
nembus lalaunan tapi pasti
nyaangan rasa gumbira
gumbira anu pinuh ku harti
Endahna bulan purnama
nembus nepika nguriling ati
kuring gumbira kacida
isuk rek panggih kakasih ati